Sunday, February 9, 2014

Pengembangan Alat Evaluasi Jenis Non-Tes

A.    Latar Belakang
Proses pembelajaran merupakan suatu system yang kompleks yang mencakup banyak elemen yang saling berkaitan satu sama lain untuk mencapai tujuan tertentu. Pembelajaran sendiri secara sederhana terdiri dari 3 tahap utama yaitu perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Sesuai dengan misi mulia yang diemban pendidikan, yaitu transferring knowledge and value, tahap evaluasi membutuhkan instrument yang buakn hanya mampu pengukur keberhasilan mentransfer ilmu (kognitif) tetapi juga nilai (afektif).  Setiap aspek yang ada dalam proses pembelajaran membutuhkan alat ukur yang tepat dan sesuai agar data yang diperoleh sesuai dengan kedaan di lapangan. Aspek kognitif yang selama ini menjadi focus proses pembelajaran di Indonesia cenderung lebih tepat menggunakan tes sebagai alat ukur keberhasilan atau alat evaluasi, namun untuk aspek lain seperti sikap atau afektif kurang tepat jika diukur dengan tes. Oleh karena itu dibutuhkan instrument jenis lain untuk mengukur aspek dalam proses pembelajaran yang berkenaan dengan domain afektif. Dengan adanya instrument lain, data yang diperoleh untuk menggambarkan keberhasilan proses pembelajaran akan semakin lengkap dan bermakna.

B.     Rumusan Masalah
1.      Jelaskan mengenai pengembangan alat evaluasi jenis non tes?
2.   Jelaskan mengenai observasi, wawancara, dan skala sikap?
3.      Jelaskan mengenai teknik non tes dan pemberian penghargaan?

C.    Tujuan
1.         Mengetahui mengenai pengembangan alat evaluasi jenis non tes.
2.         Mengetahui mengenai observasi, wawancara, dan skala sikap.
3.         Mengetahui mengenai teknik non tes dan pemberian penghargaan.

 






BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian
Alat atau instrument merupakan sesuatu yang dapat digunakan untuk mempermudah seseorang melaksanakan tugas atau mencapai tujuan dengan lebih efektif dan efisien. Sedangkan istilah evaluasi merupakan suatu proses untuk memperoleh kualitas tertentu terutama yang berkenaan dengan nilai dan arti, istilah lain yang memiliki maksan yang hampir sama dengan evaluasi adalah penilaian (assessment) dan pengukuran. Secara sederhana penilaian dan pengukuran meruapakan komponen yang ada di dalam ruang lingkup evaluasi, dimana penilaian merupakanproses berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi, sedangkan pengukuran lebih khusus mengumpulkan informasi yang bersifat kuantitatif atas sesuatu.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhJ2q1QTikjGzEJGdcgOn38qb4ewFyaCxoX14Xs7SHpT9qLmyhgEr6RoQZ-lSQVGybmGfCytuVUuL0AasXdWD-2UcJdn7LaRwIQ1rFT_pyVGiVy2agAogWQwDkRU_z7ktEe4z90ijb9t6E/s320/evaluasi.jpg
Gambar 1. Hubungan evaluasi-penilaian-pengukuran-tes-non tes

Berdasarkan pengertian-pengertian diatas maka instrument evaluasi jenis non-tes diartikan sebagai sesuatu yang digunakan untuk mempermudah pihak-pihak tertentu untuk memperoleh kualitas atas suatu objek dengan menggunakan teknik non-tes.

Penilaian non test adalah “penilaian pengamatan perubahan tingkah laku yang berhubungan dengan apa yang dapat diperbuat atau dikerjakan oleh peserta didik dibandingkan dengan apa yang diketahui atau dipahaminya”. Dengan kata lain penilaian non test behubungan dengan penampilan yang dapat diamati dibandingkan dengan pengetahuan dan proses mental lainnya yang tidak dapat diamati oleh indera.
Adapun menurut Hasyim, ”Penilaian non test adalah penilaian yang mengukur kemampuan siswa secara langsung dengan tugas-tugas riil dalam proses pembelajaran. Contoh penilaian non test banyak terdapat pada keterampilan menulis untuk bahasa, percobaan laboratorium sains, bongkar pasang mesin, teknik dan sebagainya”.
Teknik penilaian nontes berarti melaksanakan penilaian dengan tidak menggunakan tes. Sedangkan teknik penilaian non tes tulis maksudnya adalah bentuk evaluasi non tes yang berbentuk tulisan atau non lisan.
Alat atau instrumen merupakan sesuatu yang dapat digunakan untuk mempermudah seseorang melaksanakan tugas atau mencapai tujuan dengan lebih efektif dan efisien. Sedangkan istilah evaluasi merupakan suatu proses untuk memperoleh kualitas tertentu terutama yang berkenaan dengan nilai dan arti, istilah lain yang memiliki maksan yang hampir sama dengan evaluasi adalah penilaian (assessment) dan pengukuran. Secara sederhana penilaian dan pengukuran meruapakan komponen yang ada di dalam ruang lingkup evaluasi, dimana penilaian merupakanproses berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi, sedangkan pengukuran lebih khusus mengumpulkan informasi yang bersifat kuantitatif atas sesuatu.

Berdasarkan pengertian-pengertian diatas maka instrument evaluasi jenis non-tes diartikan sebagai sesuatu yang digunakan untuk mempermudah pihak-pihak tertentu untuk memperoleh kualitas atas suatu objek dengan menggunakan teknik non-tes.

B. Macam-macam Instrument Evaluasi Non-tes
1. Observasi (Observation)
Observasi merupakan suatu proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif dan rasional mengenati berbagai fenomena yang bertujuan untuk mengumpulkan data atau informasi dan mengukur factor-faktor yang diamati khususnya kecakapan social. Berikut ini beberapa karakteristik dari observasi, yaitu:
a. Mempunyai tujuan
b. Bersifat ilmiah
c. Terdapat aspek yang diamati
d. Praktis

Sedangkan secara lebih lanjut, terdapat tiga jenis observasi, yaitu:
a. Observasi partisipan, dimana pengamat ikut andil dalam kegiatan kelompok yang sedang diamati.
b. Observasi sistematik merupakan observasi dengan menggunakan kerangka yang berisi faktor-faktor yang ingin diteliti yang telah dikategorikan terlebih dahulu secara struktural.
c.  Observasi Eksperimental meupakan observasi dimana pengamat tidak berpartisipasi dalam kelompok yang diamati namun dapat mengendalikanunsur-unsur tertentu sehingga tercipta tujuan yang sesuai dengan tujuan observasi. Observasi jenis ini memungkinkan evaluator untuk mengamati sifat-sifat tertentu dengan cermat.
Adapun langkah-langkah penyusunan pedoman observasi adalah:
a.  Merumuskan tujuan observasi
b.  Membuat kisi-kisi observasi
c.  Menyusun pedoman observasi
d.  Menyusun aspek-aspek yang ingin diobservasi
e.  Melakukan uji coba pedoman observasi
f.  Merevisi pedoman observasi berdasarkan hasil uji coba
g.  Melaksanakan observasi
h.  Mengolah dan menafsirkan hasil observasi
Sama halnya dengan instrument evaluasi yang lain,obsevasi memiliki beberapa kelemahan dan kelebihan yaitu:
a.       Kelemahan:
1)      Pelaksanaannya sering terganggu keadaan cuaca atau kesan yang kurang baik dari observer maupun observi.
2)      Masalah yang sifatnya pribadi sulit diamati.
3)      Apabila memakan waktu lama, akan menimbulkan kejenuhan.
b.      Kelebihan:
1)      Observasi cocok dilakukan untuk berbagai macam fenomena.
2)      Observasi cocok untuk mengamati perilaku.
3)      Banyak aspek yang tidak dapat diukur dengan tes tetapi bisa diukur dengan observasi.
2. Wawancara (Interview)
Wawancara merupakan salah satu bentuk instrument evaluasi jenis non tes yang dilakukan melalui percakapan dan tanya jawab baik secara langsung tanpa alat perantara maupun secara tidak langsung. Wawancara bertujuan untuk memperoleh informasi untukk menjelaskan suatu kondisi tertentu, melengkapi penyelidikan ilmiah atau untuk mempengaruhi situasi atau orang tertentu. Wawancara dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
a.       Wawancara Bebas dimana responnden mempunyai kebebasan untuk mengutarakan pendapatnya tanpa dibatasi oleh patokan-patokan.
b.      Wawancara Terpimpin merupakan wawancara yang dilakukan oleh subjek evaluasi dengan mengajukan pertanyaan yang sudah disusun terlebih  dahulu, sehingga responden hanya memilih jawaban yang sudah disiapkan oleh penanya.
Berikut ini merupakan langkah-langkah untuk melakukan wawancara:
a.       Merumuskan tujuan wawancara
b.      Membuat pedoman wawancara
c.       Menyususn pertanyaan yang sesuai dengan data yang diperlukan.
d.      Melakukan uji coba
e.       Melaksanakan wawancara
Sedangkan kelemahan dan kelebihan jenis instrument wawancara adalah sebagai berikut:
a.       Kelemahan:
1)      Jika subjek yang ingin diteliti banyak maka akan memakan waktu yang banyak pula.
2)      Terkadang wawancara berlangsung berlarut-larut tanpa arah.
3)      Adanya sikap yang kurang baik dari responden maupun penanya.
b.      Kelebihan:
1)      Dapat memperolehinformasi secara langsung sehingga objectivitas dapat diketahui.
2)      Dapat memperbaiki proses dan hasil belajar
3)      Pelaksanaannya lebih fleksibel, dinamis dan personal.

3. Skala Sikap (Attitude Scale)
Sikap merupakan suatu kecenderungan  tingkah laku untuk berbuat sesuatu dengan cara, metode, teknik dan pola tertentu. Dalam mengukur sikap, guru harus memperhatikan tiga komponen sikap yaitu kognisi (pengetahuan terhadap objek), afeksi (perasaan terhadap objek), dan konasi (berperilaku terhadap objek). Model skala sikap yang biasa digunakan antara lain:
a.       Menunjukan bilangan untuk menunjukan tingkatan objek yang dinilai (1,2,3)
b.      Menunjukan frekuensi (selalu, sering, tidak pernah)
c.       Menunjukaan istilah kualitatif ( baik sekali, baik, kurang baik)
d.      Menunjukan status atau kedudukan (sangat tinggi, diatas rata-rata, rendah)
e.       Menggunakan kode bilangan atau huruf ( selalu(5), kadang-kadang (4), jarang (3), jarang sekali (2), tidak pernah (1))
Langkah-langkah Model Linkert:
a.       Memilih variabel afektif yang akan diukur
b.      Membuat pertanyaan terait variabel yang akan diukur
c.       Mengklasifikasikan pertanyaan yang positif dan negatif
d.      Menentukan angka yang menjadi alternatif pilihan
e.       Menyusun pernyataan dan pilihan jawaban menjadi sebuah alat penilaian
f.       Melakukan uji coba
g.      Membuang butir pertanyaan yang kurang baik
h.      Melaksanakan penilaian

C.Pemberian Penghargaan
Pemberian penghargaan kepada siswa dapat dilakukan melaluidua teknik, yaitu verbal dan non-verbal
1) Teknik Verbal, yaitu pemberian penghargaan yang berupa pujian,dukungan, dorongan, atau pengakuan. Bentuk-bentuknya sebagaiberikut:
a) Kata-kata: Bagus, benar, betul, tepat, ya, baik, dan sebagainya.
b) Kalimat: Prestasimu baik sekali! Saya senang denganpekerjaanmu! Penjelasanmu sangat baik! Dan sebagainya.
2) Teknik Non-Verbal, yaitu pemberian penghargaan melalui:
a) Gestur tubuh: mimik dan gerakan tubuh, seperti senyuman,anggukan, acungan ibu jari, dan tepukan tangan.
b) Cara mendekati (proximity), yaitu guru mendekati siswa untuk menunjukkan perhatian atau kesenangannya terhadap pekerjaan atau penampilan siswa.
c) Sentuhan (contact), seperti: menepuk-nepuk bahu, menjabat tangan, dan mengelus kepala. Dalam menerapkan penghargaan dengan sentuhan ini perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu: usiaanak, budaya, dan norma agama.
d) Kegiatan yang menyenangkan, yaitu memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan suatu kegiatan yang disenanginya sebagai penghargaan atas prestasi atau unjuk belajarnya yangbaik.
e) Simbol atau benda, seperti komentar tertulis secara positif pada buku siswa, piagam penghargaan, dan hadiah (alat-alat tulis,makanan, buku, ua ng, dan sebagainya).
f) Penghargaan tak penuh (partial), yaitu diberikan kepada siswa yang memberikan jawaban kurang sempurna atau hanya sebagian yang benar. Dalam hal ini guru sebaiknya mengatakan,“Ya, jawabanmu sudah baik, tetapi masih perlu disempurnakanlagi”.
Pola-Pola Respons Apabila seseorang belajar sesuatu hal yang baru, akan lebih cepat kalau setiap responnya yang benar diberi reinforcement. Praktek seperti ini disebut reinforcement berkesinambungan. Tetapi sekali respon itu dikuasai, lebih baik diberikan reinforcement berselang-seling, yaitu seringkali memberikan reinforcement tetapi tidak setiap kali. Hal ini ada alasannya:
1) Karena memberikan reinforcement kepada setiap respons yang benar itu akan memakan banyak waktu dan tidak praktis.
2) Karena reinforcement berselang-seling itu membantu murid untuk tidak mengharap-harap reinforcement setiap saat.Ada empat tipe dasar reinforcement berselang-seling. Dua tipe yang pertama didasarkan atas banyaknya waktu yang berjalan antara reinforcer-reinforcer yang disebut interval dan dua tipe yang kedua didasarkan atas jumlah respon yang diberikan antara reinforce-reinforce yang disebut ratio.Dua tipe pertama yang didasarkan atas banyaknya waktu yang berjalan antara reinforcer-reinforcer (interval), yaitu:
1) Fixed-interval schedule (interval tetap); yang didasarkan atas satuanwaktu tetap diantara reinforcements.
2) Variable interval schedule (interval bervariasi); reinforcement yangdiberikan tergantung pada waktu dan sebuah respon, tetapi antarawaktu dan reinforcement bermacam-macam.Dan dua tipe yang kedua didasarkan atas jumlah respon yangdiberikan antara reinforcer-reinforcer (ratio), yaitu:
1) Fixed-ratio schedule (ratio tetap); yang didasarkan pada penyajian bahan pelajaran, yang mana pemberi reinforcement baru memberikan penguatan respon setelah terjadi jumlah tertentu dari respon.
2) Variable ratio schedule (ratio bervariasi); yang didasarkan atas penyajian bahan pelajaran dengan penguat setelah sejumlah rata-rata respon.






DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. 2010. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.
Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Nana Sudjana2007. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar,Bandung: PT Remaja RosdaKarya.




0 komentar:

Post a Comment