A. Latar Belakang
Proses pembelajaran merupakan suatu system yang kompleks
yang mencakup banyak elemen yang saling berkaitan satu sama lain untuk mencapai
tujuan tertentu. Pembelajaran sendiri secara sederhana terdiri dari 3 tahap utama
yaitu perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Sesuai dengan misi mulia yang
diemban pendidikan, yaitu transferring knowledge and value, tahap
evaluasi membutuhkan instrument yang buakn hanya mampu pengukur keberhasilan
mentransfer ilmu (kognitif) tetapi juga nilai (afektif). Setiap aspek
yang ada dalam proses pembelajaran membutuhkan alat ukur yang tepat dan sesuai
agar data yang diperoleh sesuai dengan kedaan di lapangan. Aspek kognitif yang
selama ini menjadi focus proses pembelajaran di Indonesia cenderung lebih tepat
menggunakan tes sebagai alat ukur keberhasilan atau alat evaluasi, namun untuk
aspek lain seperti sikap atau afektif kurang tepat jika diukur dengan tes. Oleh
karena itu dibutuhkan instrument jenis lain untuk mengukur aspek dalam proses
pembelajaran yang berkenaan dengan domain afektif. Dengan adanya instrument
lain, data yang diperoleh untuk menggambarkan keberhasilan proses pembelajaran
akan semakin lengkap dan bermakna.
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan mengenai
pengembangan alat evaluasi jenis non tes?
2. Jelaskan mengenai
observasi, wawancara, dan skala sikap?
3. Jelaskan mengenai teknik
non tes dan pemberian penghargaan?
C. Tujuan
1.
Mengetahui mengenai pengembangan alat evaluasi jenis non tes.
2. Mengetahui
mengenai observasi, wawancara, dan skala sikap.
3.
Mengetahui mengenai teknik non tes dan pemberian penghargaan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Alat atau instrument merupakan sesuatu yang dapat digunakan
untuk mempermudah seseorang melaksanakan tugas atau mencapai tujuan dengan
lebih efektif dan efisien. Sedangkan istilah evaluasi merupakan suatu proses
untuk memperoleh kualitas tertentu terutama yang berkenaan dengan nilai dan
arti, istilah lain yang memiliki maksan yang hampir sama dengan evaluasi adalah
penilaian (assessment) dan pengukuran. Secara sederhana penilaian dan
pengukuran meruapakan komponen yang ada di dalam ruang lingkup evaluasi, dimana
penilaian merupakanproses berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi,
sedangkan pengukuran lebih khusus mengumpulkan informasi yang bersifat
kuantitatif atas sesuatu.
Gambar
1. Hubungan evaluasi-penilaian-pengukuran-tes-non tes
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas maka instrument
evaluasi jenis non-tes diartikan sebagai sesuatu yang digunakan untuk
mempermudah pihak-pihak tertentu untuk memperoleh kualitas atas suatu objek
dengan menggunakan teknik non-tes.
Penilaian non test adalah “penilaian pengamatan perubahan
tingkah laku yang berhubungan dengan apa yang dapat diperbuat atau dikerjakan
oleh peserta didik dibandingkan dengan apa yang diketahui atau dipahaminya”.
Dengan kata lain penilaian non test behubungan dengan penampilan yang dapat
diamati dibandingkan dengan pengetahuan dan proses mental lainnya yang tidak
dapat diamati oleh indera.
Adapun menurut Hasyim, ”Penilaian non test adalah penilaian
yang mengukur kemampuan siswa secara langsung dengan tugas-tugas riil dalam
proses pembelajaran. Contoh penilaian non test banyak terdapat pada
keterampilan menulis untuk bahasa, percobaan laboratorium sains, bongkar pasang
mesin, teknik dan sebagainya”.
Teknik penilaian nontes berarti melaksanakan penilaian
dengan tidak menggunakan tes. Sedangkan teknik penilaian non tes tulis
maksudnya adalah bentuk evaluasi non tes yang berbentuk tulisan atau non lisan.
Alat atau instrumen merupakan sesuatu yang dapat digunakan
untuk mempermudah seseorang melaksanakan tugas atau mencapai tujuan dengan
lebih efektif dan efisien. Sedangkan istilah evaluasi merupakan suatu proses
untuk memperoleh kualitas tertentu terutama yang berkenaan dengan nilai dan
arti, istilah lain yang memiliki maksan yang hampir sama dengan evaluasi adalah
penilaian (assessment) dan pengukuran. Secara sederhana penilaian dan
pengukuran meruapakan komponen yang ada di dalam ruang lingkup evaluasi, dimana
penilaian merupakanproses berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi,
sedangkan pengukuran lebih khusus mengumpulkan informasi yang bersifat
kuantitatif atas sesuatu.
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas maka instrument
evaluasi jenis non-tes diartikan sebagai sesuatu yang digunakan untuk
mempermudah pihak-pihak tertentu untuk memperoleh kualitas atas suatu objek
dengan menggunakan teknik non-tes.
B.
Macam-macam Instrument Evaluasi Non-tes
1. Observasi (Observation)
Observasi merupakan suatu proses pengamatan dan pencatatan
secara sistematis, logis, objektif dan rasional mengenati berbagai fenomena
yang bertujuan untuk mengumpulkan data atau informasi dan mengukur
factor-faktor yang diamati khususnya kecakapan social. Berikut ini beberapa
karakteristik dari observasi, yaitu:
a. Mempunyai tujuan
b. Bersifat ilmiah
c. Terdapat aspek yang diamati
d. Praktis
Sedangkan secara lebih lanjut, terdapat tiga jenis
observasi, yaitu:
a. Observasi partisipan, dimana pengamat ikut andil dalam
kegiatan kelompok yang sedang diamati.
b. Observasi sistematik merupakan observasi dengan menggunakan
kerangka yang berisi faktor-faktor yang ingin diteliti yang telah dikategorikan
terlebih dahulu secara struktural.
c. Observasi Eksperimental meupakan observasi dimana pengamat
tidak berpartisipasi dalam kelompok yang diamati namun dapat
mengendalikanunsur-unsur tertentu sehingga tercipta tujuan yang sesuai dengan
tujuan observasi. Observasi jenis ini memungkinkan evaluator untuk mengamati
sifat-sifat tertentu dengan cermat.
Adapun
langkah-langkah penyusunan pedoman observasi adalah:
a. Merumuskan tujuan observasi
b. Membuat kisi-kisi observasi
c. Menyusun pedoman observasi
d. Menyusun aspek-aspek yang ingin
diobservasi
e. Melakukan uji coba pedoman observasi
f. Merevisi pedoman observasi
berdasarkan hasil uji coba
g. Melaksanakan observasi
h. Mengolah dan menafsirkan hasil
observasi
Sama
halnya dengan instrument evaluasi yang lain,obsevasi memiliki beberapa
kelemahan dan kelebihan yaitu:
a.
Kelemahan:
1)
Pelaksanaannya sering terganggu
keadaan cuaca atau kesan yang kurang baik dari observer maupun observi.
2)
Masalah yang sifatnya pribadi sulit
diamati.
3)
Apabila memakan waktu lama, akan
menimbulkan kejenuhan.
b.
Kelebihan:
1)
Observasi cocok dilakukan untuk
berbagai macam fenomena.
2)
Observasi cocok untuk mengamati
perilaku.
3)
Banyak aspek yang tidak dapat diukur
dengan tes tetapi bisa diukur dengan observasi.
2. Wawancara (Interview)
Wawancara merupakan salah satu bentuk instrument evaluasi
jenis non tes yang dilakukan melalui percakapan dan tanya jawab baik secara
langsung tanpa alat perantara maupun secara tidak langsung. Wawancara bertujuan
untuk memperoleh informasi untukk menjelaskan suatu kondisi tertentu,
melengkapi penyelidikan ilmiah atau untuk mempengaruhi situasi atau orang
tertentu. Wawancara dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
a.
Wawancara Bebas dimana responnden
mempunyai kebebasan untuk mengutarakan pendapatnya tanpa dibatasi oleh
patokan-patokan.
b.
Wawancara Terpimpin merupakan
wawancara yang dilakukan oleh subjek evaluasi dengan mengajukan pertanyaan yang
sudah disusun terlebih dahulu, sehingga responden hanya memilih jawaban
yang sudah disiapkan oleh penanya.
Berikut ini merupakan langkah-langkah untuk melakukan
wawancara:
a.
Merumuskan tujuan wawancara
b.
Membuat pedoman wawancara
c.
Menyususn pertanyaan yang sesuai
dengan data yang diperlukan.
d.
Melakukan uji coba
e.
Melaksanakan wawancara
Sedangkan kelemahan dan kelebihan jenis instrument wawancara
adalah sebagai berikut:
a.
Kelemahan:
1)
Jika subjek yang ingin diteliti
banyak maka akan memakan waktu yang banyak pula.
2)
Terkadang wawancara berlangsung
berlarut-larut tanpa arah.
3)
Adanya sikap yang kurang baik dari
responden maupun penanya.
b.
Kelebihan:
1)
Dapat memperolehinformasi secara
langsung sehingga objectivitas dapat diketahui.
2)
Dapat memperbaiki proses dan hasil
belajar
3)
Pelaksanaannya lebih fleksibel,
dinamis dan personal.
3. Skala Sikap (Attitude Scale)
Sikap merupakan suatu kecenderungan tingkah laku untuk
berbuat sesuatu dengan cara, metode, teknik dan pola tertentu. Dalam mengukur
sikap, guru harus memperhatikan tiga komponen sikap yaitu kognisi (pengetahuan
terhadap objek), afeksi (perasaan terhadap objek), dan konasi (berperilaku
terhadap objek). Model skala sikap yang biasa digunakan antara lain:
a.
Menunjukan bilangan untuk menunjukan
tingkatan objek yang dinilai (1,2,3)
b.
Menunjukan frekuensi (selalu,
sering, tidak pernah)
c.
Menunjukaan istilah kualitatif (
baik sekali, baik, kurang baik)
d.
Menunjukan status atau kedudukan
(sangat tinggi, diatas rata-rata, rendah)
e.
Menggunakan kode bilangan atau huruf
( selalu(5), kadang-kadang (4), jarang (3), jarang sekali (2), tidak pernah
(1))
Langkah-langkah Model Linkert:
a.
Memilih variabel afektif yang akan
diukur
b.
Membuat pertanyaan terait variabel
yang akan diukur
c.
Mengklasifikasikan pertanyaan yang
positif dan negatif
d.
Menentukan angka yang menjadi
alternatif pilihan
e.
Menyusun pernyataan dan pilihan
jawaban menjadi sebuah alat penilaian
f.
Melakukan uji coba
g.
Membuang butir pertanyaan yang
kurang baik
h.
Melaksanakan penilaian
C.Pemberian Penghargaan
Pemberian penghargaan
kepada siswa dapat dilakukan melaluidua teknik, yaitu verbal dan non-verbal
1) Teknik Verbal, yaitu
pemberian penghargaan yang berupa pujian,dukungan, dorongan, atau pengakuan.
Bentuk-bentuknya sebagaiberikut:
a) Kata-kata: Bagus,
benar, betul, tepat, ya, baik, dan sebagainya.
b) Kalimat: Prestasimu
baik sekali! Saya senang denganpekerjaanmu! Penjelasanmu sangat baik! Dan
sebagainya.
2) Teknik Non-Verbal,
yaitu pemberian penghargaan melalui:
a) Gestur tubuh: mimik
dan gerakan tubuh, seperti senyuman,anggukan, acungan ibu jari, dan tepukan
tangan.
b) Cara mendekati
(proximity), yaitu guru mendekati siswa untuk menunjukkan perhatian atau
kesenangannya terhadap pekerjaan atau penampilan siswa.
c) Sentuhan (contact),
seperti: menepuk-nepuk bahu, menjabat tangan, dan mengelus kepala. Dalam
menerapkan penghargaan dengan sentuhan ini perlu diperhatikan beberapa hal,
yaitu: usiaanak, budaya, dan norma agama.
d) Kegiatan yang
menyenangkan, yaitu memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan suatu
kegiatan yang disenanginya sebagai penghargaan atas prestasi atau unjuk
belajarnya yangbaik.
e) Simbol atau benda,
seperti komentar tertulis secara positif pada buku siswa, piagam penghargaan,
dan hadiah (alat-alat tulis,makanan, buku, ua ng, dan sebagainya).
f) Penghargaan tak
penuh (partial), yaitu diberikan kepada siswa yang memberikan jawaban kurang
sempurna atau hanya sebagian yang benar. Dalam hal ini guru sebaiknya
mengatakan,“Ya, jawabanmu sudah baik, tetapi masih perlu disempurnakanlagi”.
Pola-Pola Respons Apabila
seseorang belajar sesuatu hal yang baru, akan lebih cepat kalau setiap
responnya yang benar diberi reinforcement. Praktek seperti ini disebut
reinforcement berkesinambungan. Tetapi sekali respon itu dikuasai, lebih baik
diberikan reinforcement berselang-seling, yaitu seringkali memberikan
reinforcement tetapi tidak setiap kali. Hal ini ada alasannya:
1) Karena memberikan
reinforcement kepada setiap respons yang benar itu akan memakan banyak waktu
dan tidak praktis.
2) Karena reinforcement
berselang-seling itu membantu murid untuk tidak mengharap-harap reinforcement
setiap saat.Ada empat tipe dasar reinforcement berselang-seling. Dua tipe yang
pertama didasarkan atas banyaknya waktu yang berjalan antara reinforcer-reinforcer
yang disebut interval dan dua tipe yang kedua didasarkan atas jumlah respon
yang diberikan antara reinforce-reinforce yang disebut ratio.Dua tipe pertama
yang didasarkan atas banyaknya waktu yang berjalan antara reinforcer-reinforcer
(interval), yaitu:
1) Fixed-interval
schedule (interval tetap); yang didasarkan atas satuanwaktu tetap diantara
reinforcements.
2) Variable interval
schedule (interval bervariasi); reinforcement yangdiberikan tergantung pada
waktu dan sebuah respon, tetapi antarawaktu dan reinforcement
bermacam-macam.Dan dua tipe yang kedua didasarkan atas jumlah respon
yangdiberikan antara reinforcer-reinforcer (ratio), yaitu:
1) Fixed-ratio schedule
(ratio tetap); yang didasarkan pada penyajian bahan pelajaran, yang mana
pemberi reinforcement baru memberikan penguatan respon setelah terjadi jumlah
tertentu dari respon.
2) Variable ratio
schedule (ratio bervariasi); yang didasarkan atas penyajian bahan pelajaran
dengan penguat setelah sejumlah rata-rata respon.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. 2010. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.
Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara.
Nana Sudjana2007. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar,Bandung: PT Remaja RosdaKarya.
0 komentar:
Post a Comment