Kita lanjutkan cerita kemarin.
Setelah gue dan dia berpisah karna kita berdeda jalan. Gue meneruskan perjalananku mengambil kitab suci ke sekolah, dengan
banyak rintangan kulalui halangan gue hadapi. Dengan napas setengang habis, dan
dugaan gue benar, Gue terlambat.
Rumus kematian 1 ”jika kita telat masuk sekolah, pintu gerbang
sekolah mempunyai sifat sejajar dengan pintu gerbang neraka yang sedang
menani kita”
Karena gue ini pemberani dan
keren tapa rasa takut dan bersalah gue lewati pintu gerbang dengan percaya
diri, tanpa disadari peliharaan sekolah sudah menanti didepan pos penjagaan
garis perbatasan antar Negara “kalau pakai logika, gue artikan itu pak satpam”.
“hai, loe…” pak satpam sambil
memukul-mukul tanganya dengan pentungan kramatnya.
“ehhh, pak satpam…. Kirain orang”
gue jawab dengan sopan dan bersahabat.
“apa loe kate….” Pak satpam
dengan muka garam berusaha untuk menakuti mangsanya. Tapi sayang sungguh
disayangkan. Gue tidak takut, walaupun ada seribu satpam didepan gue. Gue takkan
takut, ya paling Cuma kabur.
“pak satpam yang ganteng, keren
jadi idaman para janda-janda tua” ini gue yang ngomong
“ndak usah ngrayu, gue ini satpam
yang jujur dan anti sogokan maupun pujian” yeeeeee… pak satpam keren, anti KPK.
“terimakasi penonton” bagian ini di sensor. “sudah kenapa loe telat, anak baru
sudah telatan” nah kalau yang ngomong ini barun pak satpam.
“maaf pak, tadi ada grombolan
kucing lagi tawuran. Jadi jalanan macet” gue mencoba membuat seribu alasan dan
gue tulis dalam buku 1001 cara memhindari musibah.
“ciius loe, jangan gila donk…
hari gene ada kucing tawuran, nggak sekalian kucing merampok bank gitu” ini baru
satpam gaul. “sudah sanah gabung dengan teman-temanmu yang telat”
Setealah sidang antara gue dan
satpam gaul itu, dan gue mulai bingung.
“teman-teman yang mana, dimana” gue pura-pura bingung saja deh, padahal bingung
beneran.
“itu disana (iklan top tv)….
Bego” kejam bener pak satpam ini.
Dengan muka tanpa dosan gue berjalan menuju grombolan anak yang
terlambat seperi gue tapi jangan samakan gue sama mereka yaa karena gue
bagaikan malaikat datang dari surga. gue di sambut oleh sangat antusias oleh
kakak osis mungkin mereka kagum dengan ketampanan gue atau sebalikanya, gue akan
menjadi sasaran selanjutnya. Tetep saja geu cuek saja.
“woii… loe yang baru datang”
dengan nada keras sampai gue gemetaran.
“iya kak..” berusaha tetep pede
sambil menahan kaki gemetaran.
“kenapa loe telat, ha” mulut
menganga dan menyeburkan bau naga yang tak sedap. Lama-lama bisa mati kalau terus mangap. Kakaknya tidak nyadar apa kalau bau mulutnya menyebar kemana-mana,
dalam pikiran gue mungkin bau mulutnya ini disengaja agar anak-anak tidak kuat
dihukum lansung kapo atau langung kerumah sakit biar dokter-doter dirumah sakit
ada kerjaan.
“maaf, membantu kucing tetangga
melahirkan. Anak kucingnya lucu-lucu low kak” gue membuat alasan baru.
“bagus jadi loe bantu istrimu
melahirkan yaa, bagus… bagus….” Gue jadi bahan tertawaan kakak osis. “sebagai
jasa atas keberanian loe, gue kasil loe penghargaan (hoorrrreeee).”
“apa hadiahnya kak” berharap gue
dapat mobil.
“loe taukan apa hadiahnya bagi
orang telat” gue hanya jawab” tidak tahu kak
“loe bego apa bloon” kakaknya
mucrat, muka gue penuh dengan air jigong. Dari pada terus begini, nda kuat nahan
bau mending pura-pura pingsan” aduh kak kepalah gue pusing, ahhhh” gue ekting
dikit tidak apa-apalah demi keselamatan jiwa.
Gue pura-pura pingsan, dan mata gue terpejam. Gue tidak tahu apa yang terjadi hanya terdengar suara ribut-ribut,
mau melihat tapi kondisi gue kan lagi konsentrasi penuh untuk pura-pura pingsan.
Dan tak disangkah bau tak sedap ini tercium dan semakin lama semakin kuat, dan
sedikit gue buka mata. Gue sangat terkejut “aaaauuuuhhhhh” gue mendapat hadiah
kaus kaki cantik dengan rasa jigong di depan hidungku. Buset mimpi apa gue
semalem.
“sudah bangun ternyata, sudah
cukup pura-pura pinsannya (ternyata gue sudah ketahuan). Bagus lagat loe itu
sudah trik lama, sekarang loe ikut gue” kakak osis
Dalam pikiran gue terbanyang “pasti
hukumanya tambah berat niii”
Seperti budak yang mengikuti
tuanya, gue dan kakak osis menuju tengah lapangan. Persis didepan tiang bendera
gue berdiri setelah hampir 10 menit
mengikuti kakak osis jelek ini.
“sekarang loe harus homat ke
bendera merah putih, horrrmatttt grak” teriak-terik persis kaya komandan upacara. “loe
berdiri disini sampai loe sadar” suara kakak osis lantang sambil memberi hadiah kalung betuliskan
kecebong.
Bersambung….
0 komentar:
Post a Comment