Wednesday, February 5, 2014

Kura-kura Ingusan "Ep Lahirnya Kecebong"


Kita lanjutkan cerita kemarin.
Setelah gue dan  dia berpisah karna kita berdeda jalan. Gue meneruskan perjalananku mengambil kitab suci ke sekolah, dengan banyak rintangan kulalui halangan gue hadapi. Dengan napas setengang habis, dan dugaan gue benar, Gue terlambat.
Rumus kematian 1 ”jika  kita telat masuk sekolah, pintu gerbang sekolah mempunyai sifat sejajar dengan pintu gerbang neraka yang sedang menani kita”
Karena gue ini pemberani dan keren tapa rasa takut dan bersalah gue lewati pintu gerbang dengan percaya diri, tanpa disadari peliharaan sekolah sudah menanti didepan pos penjagaan garis perbatasan antar Negara “kalau pakai logika, gue artikan itu pak satpam”.
“hai, loe…” pak satpam sambil memukul-mukul tanganya dengan pentungan kramatnya.
“ehhh, pak satpam…. Kirain orang” gue jawab dengan sopan dan bersahabat.
“apa loe kate….” Pak satpam dengan muka garam berusaha untuk menakuti mangsanya. Tapi sayang sungguh disayangkan. Gue tidak takut, walaupun ada seribu satpam didepan gue. Gue takkan takut, ya paling Cuma kabur.
“pak satpam yang ganteng, keren jadi idaman para janda-janda tua” ini gue yang ngomong
“ndak usah ngrayu, gue ini satpam yang jujur dan anti sogokan maupun pujian” yeeeeee… pak satpam keren, anti KPK. “terimakasi penonton” bagian ini di sensor. “sudah kenapa loe telat, anak baru sudah telatan” nah kalau yang ngomong ini barun pak satpam.
“maaf pak, tadi ada grombolan kucing lagi tawuran. Jadi jalanan macet” gue mencoba membuat seribu alasan dan gue tulis dalam buku 1001 cara memhindari musibah.
“ciius loe, jangan gila donk… hari gene ada kucing tawuran, nggak sekalian kucing merampok bank gitu” ini baru satpam gaul. “sudah sanah gabung dengan teman-temanmu yang telat”
Setealah sidang antara gue dan satpam  gaul itu, dan gue mulai bingung. “teman-teman yang mana, dimana” gue pura-pura bingung saja deh, padahal bingung beneran.
“itu disana (iklan top tv)…. Bego” kejam bener pak satpam ini.
Dengan muka tanpa dosan gue berjalan menuju  grombolan anak yang terlambat seperi gue tapi jangan samakan gue sama mereka yaa karena gue bagaikan malaikat datang dari surga. gue di sambut oleh sangat antusias oleh kakak osis mungkin mereka kagum dengan ketampanan gue atau sebalikanya, gue akan menjadi sasaran selanjutnya. Tetep saja geu cuek saja.
“woii… loe yang baru datang” dengan nada keras sampai gue gemetaran.
“iya kak..” berusaha tetep pede sambil menahan kaki gemetaran.
“kenapa loe telat, ha” mulut menganga dan menyeburkan bau naga yang tak sedap. Lama-lama bisa mati kalau terus mangap. Kakaknya tidak nyadar apa kalau bau mulutnya menyebar kemana-mana, dalam pikiran gue mungkin bau mulutnya ini disengaja agar anak-anak tidak kuat dihukum lansung kapo atau langung kerumah sakit biar dokter-doter dirumah sakit ada kerjaan.
“maaf, membantu kucing tetangga melahirkan. Anak kucingnya lucu-lucu low kak” gue membuat alasan baru.
“bagus jadi loe bantu istrimu melahirkan yaa, bagus… bagus….” Gue jadi bahan tertawaan kakak osis. “sebagai jasa atas keberanian loe, gue kasil loe penghargaan (hoorrrreeee).”
“apa hadiahnya kak” berharap gue dapat mobil.
“loe taukan apa hadiahnya bagi orang telat” gue hanya jawab” tidak tahu kak
“loe bego apa bloon” kakaknya mucrat, muka gue penuh dengan air jigong. Dari pada terus begini, nda kuat nahan bau mending pura-pura pingsan” aduh kak kepalah gue pusing, ahhhh” gue ekting dikit tidak apa-apalah demi keselamatan jiwa.
Gue pura-pura pingsan, dan mata gue terpejam. Gue tidak tahu apa yang terjadi hanya terdengar suara ribut-ribut, mau melihat tapi kondisi gue kan lagi konsentrasi penuh untuk pura-pura pingsan. Dan tak disangkah bau tak sedap ini tercium dan semakin lama semakin kuat, dan sedikit gue buka mata. Gue sangat terkejut “aaaauuuuhhhhh” gue mendapat hadiah kaus kaki cantik dengan rasa jigong di depan hidungku. Buset mimpi apa gue semalem.
“sudah bangun ternyata, sudah cukup pura-pura pinsannya (ternyata gue sudah ketahuan). Bagus lagat loe itu sudah trik lama, sekarang loe ikut gue” kakak osis
Dalam pikiran gue terbanyang “pasti hukumanya tambah berat niii”
Seperti budak yang mengikuti tuanya, gue dan kakak osis menuju tengah lapangan. Persis didepan tiang bendera gue berdiri setelah  hampir 10 menit mengikuti kakak osis jelek ini.
“sekarang loe harus homat ke bendera merah putih, horrrmatttt grak” teriak-terik persis kaya komandan upacara. “loe berdiri disini sampai loe sadar” suara kakak osis lantang  sambil memberi hadiah kalung betuliskan kecebong.
Bersambung….

0 komentar:

Post a Comment