Penelitian selalu didasarkan pada
masalah. Dengan kata lain jika tidak ada masalah, maka tidak perlu dilakukan
penelitian. Sebenarnya hampir semua masalah pendidikan dapat diangkat sebagai
suatu penelitian, namun akan lebih baik lagi jika masalah yang diangkat
nantinya setelah dilakukan pnelitian hasilnya dapat membrikan sumbangan positif
bagi dunia pendidikan.
Apa yang disebut sebagai masalah penelitian ialah segala sesuatu yang
bertentangan/berbeda antara keinginan dengan kenyataan yang dihadapi (problem
is any discrepancy between an actual state of affairs and
some ideal state). Dikatakan ada masalah berarti ada kenyataan yang
berbeda bahkan bertolakbelakang antara apa yang seharusnya terjadi (das
sollen) dengan kenyataan yang dihadapi (das sein). Adanya
perbedaan kenyataan tersebut mempengaruhi atau menyebabkan munculnya kerugian
bagi
banyak orang (masyarakat) atau lembaga atau aturan-aturan yang telah disepakati, sehingga menurut akal sehat masalah tersebut perlu dicarikan jalan keluar pemecahannya.
banyak orang (masyarakat) atau lembaga atau aturan-aturan yang telah disepakati, sehingga menurut akal sehat masalah tersebut perlu dicarikan jalan keluar pemecahannya.
Dalam batasan yang sederhana, masalah bisa diartikan sebagai (a)
sesuatu yang belum diketahui (karena sifat kebaruannya) dan
menimbulkan rasa ingin tahu; (b) segala bentuk pertanyaan yang perlu dicari
jawabannya; (c) segala sesuatu yang dipertanyakan; atau (e)
segala bentuk hambatan, rintangan, atau kesulitan yang
muncul pada sesuatu bidang yang perlu dihindari dan
disingkirkan.
Sumber masalah juga sangat banyak
dan beragam, bahkan terkadang muncul pada saat yang tidak diperkirakan
sebelumnya. Perhatikan beberapa kasus berikut ini.
1.
Diakhir semester dibagikan Kartu Hasil Studi.
Seorang mahasiswa secara tidak sengaja mengamati bahwa setiap mahasiswa yang
memperoleh Indeks Prestasi bagus kebanyakan berwajah cantik. Akhirnya ia
menemukan masalah penelitian, apakah kecerdasan dan indkes prestasi dipengaruhi
oleh kecantikan wajah seseorang?
2.
Ada seorang guru yang mengajar di suatu kelas. Ia
menemukan ada seorang anak yang tidak bisa diam, sering ramai, dan mengganggu
proses pembelajarannya. Selanjutnya ia menemukan masalah penelitian, bagaimana
cara mengajar yang sesuai untuk anak yang demikian?
3.
Dan sebagainya.
Contoh
di atas merupakan contoh ditemukannya masalah dalam kondisi yang tidak terduga.
Untuk menemukan masalah penelitian, bisa
dilakukan dengan berbagai cara. Di antara cara-cara itu ialah dengan
melakukan pengamatan terhadap kegiatan manusia secara cermat.
Dari pengamatan tersebut, lantas kita tanyakan kembali yakni apakah ada
perbedaan antara apa yang seharusnya dengan kenyataan yang ditemui?
Lihatlah bagaimana seorang teknisi mobil di bengkel bekerja. Dengan
menghidupkan mesin mobil, mereka cepat tahu apa yang tidak beres pada mesin
mobil tersebut. Begitu pulalah dengan dokter. Dengan mengamati pasien
ditambah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan singkat, dokter akan tahu
kemungkinan penyakit yang diderita pasien. Jika kurang yakin atau untuk lebih
meyakinkan diri, seorang teknisi mobil atau seorang dokter akan mengetes
(mendiagnosis) dengan memakai alat-alat yang dimiliki. Untuk mempertajam
pemahaman atas jawaban yang diajukan sendiri, perlu dibantu dengan membaca
sumber-sumber bacaan sesuai dengan bidang pengetahuan yang digeluti. Semakin
kita kuasai bidang keilmuan, akan semakin peka untuk melihat adanya masalah.
Sumber-sumber bacaan itu bisa dicari misalnya dari laporan-laporan penelitian.
Bisa jadi, akan kita temukan adanya ketidakajegan hasil-hasil
penelitian tentang sesuatu hal. Ini mungkin bisa dilihat dari arah
pendekatan teori atau metodologi yang dipakai. Jika perlu, bisa juga
dilanjutkan dengan mendiskusikan kepada peer-group atau kepada
pihak-pihak yang terkait, sehingga menambhak keyakinan kita adanya masalah
penelitian yang menarik dikaji. Namun demikian, tidak semua masalah
menjadi penting untuk diangkat sebagai permasalahan yang membutuhkan
penelitian. Dalam hal ini, diperlukan sejumlah pertimbangan, di antaranya:
(a). Apakah penelitian terhadap masalah yang kita
angkat itu akan memberikan sumbangan untuk pemecahan
masalah-masalah praktis, pengembangan teori, atau memiliki
daya tarik karena kebaruannya?; (b) Kalau kita meneliti terhadap masalah
yang akan kita ajukan itu, apakah dari segi biaya, waktu, fasilitas,
kemampuan, dan metodologi, terkuasai.
Apabila sudah “mencukupi”, maka langkah
berikutnya adalah “merumuskan permasalahan ke dalam susunan
kalimat yang jelas. Ingat, dapat merumuskan dengan baik masalah penelitian yang
akan dilakukan, sudah merupakan separoh dari berhasilnya penelitian itu
sendiri”. Untuk itu, perlu diperhatikan beberapa hal. Pertama,
hendaknya masalah yang diajukan dirumuskan ke dalam bentuk kalimat yang jelas,
dan padat. Kedua, hendaknya, di dalam susunan
permasalahan itu memberi petunjuk tentang mungkinnya
melakukan pengumpulan data guna menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
terkandung dalam perumusannya itu.
A.
Sumber
dan latar belakang Masalah
Sebagaimana telah disebutkan di
depan, sumber masalah pendidikan tersedia sangat banyak, antara lain: (1)
bacaan, terutama bacaan yang memuat laporan penelitian, (2) seminar, diskusi,
dan pertemuan ilmiah lainnya, (3) pernyataan pemegang otoritas, (4) pengamatan
sepintas, (5) pengamatan pribadi, dan (6) perasaan intuitif (Sumadi Suryabrata
dalam Budiyono, 2003: 16).
Dalam penelitian yang baik,
sebaiknya masalah yang dimunculkan selalu didukung dengan data empirik dan
berupa fakta. Data empirik adalah data yang berupa angka statistik. Sedangkan
fakta berarti masalah tersebut benar-benar ada dan tidak mengada-ada.
Peneliti melihat bahwa prestasi
belajar matematika siswa tidak menggembirakan, hal ini dikatakan karena
didukung beberapa data sebagai berikut:
1. Human
Developent Index (HDI)
menunjukkan bahwa kualitas pendidikan Indonesia berada pada peringkat 110 dari
170 negara pada tahun 2002.
2. Laporan Trend in International
Mathematics and Science Study (TIMSS) dalam http://nces.ed.gov/timss/table07
pada tahun 2007 menempatkan Indonesia pada posisi ke-36 dalam bidang matematika
dari 48 negara. Dari survei TIMSS tersebut juga diketahui bahwa pelajar Sekolah
Menengah Pertama (SMP) di Indonesia dikategorikan berada di bawah standar
internasional dalam penguasaan matematika.
3. Laporan Programme for International Student Assesment (PISA) pada tahun
2003, Indonesia berada pada urutan ke-33 dari 40 negara peserta dalam
matematika, IPA, maupun membaca.
4. Hasil rata-rata nilai Ujian Nasional
Mata pelajaran
|
Rata-Rata Ujian Nasional
|
Matematika
|
6,25
|
IPA
|
7,85
|
Bahasa Indonesia
|
7,35
|
Dari data-data di atas, menjadikan masalah penelitian
menjadi semakin kuat dan terlihat nyata.
B.
Identifikasi
Masalah
Dari hasil pengamatan masalah
yang muncul, selanjutnya peneliti mengidentifikasi permasalahannya sehingga
diperoleh beberapa masalah yang lebih detail lagi. Misalnya, seorang peneliti
melihat bahwa ada kecenderungan nilai rata-rata matematika selalu lebih rendah
jika dibandingkan dengan rata-rata nilai mata pelajaran yang lain. Permasalahan
tersebut selanjutnya diangkat sebagai masalah penelitiannya. Selanjutnya
peneliti melakukan identifikasi penyebab masalah yang mungkin menjadi penyebab
permasalahan tersebut. Sehingga muncul identifikasi masalah sebagai berikut:
Latar belakang (sumber) masalah
kecenderungan nilai rata-rata matematika selalu lebih
rendah jika dibandingkan dengan rata-rata nilai mata pelajaran yang lain
Identifikasi
masalah
Dari latar belakang masalah di atas, maka dapat
diidentifikasi beberapa penyebab masalah sebagai berikut.
1. Ada kemungkinan masih rendahnya prestasi
belajar matematika siswa disebabkan oleh metode pembelajaran yang selama ini
diterapkan oleh guru di kelas. Kebanyakan pembelajaran masih didominasi oleh
guru dan kurang melibatkan siswa secara aktif. Terkait dengan hal ini muncul
pertanyaan apakah jika metode pembelajarannya diubah, maka prestasi siswa akan
meningkat atau tidak. Sehingga dipandang perlu untuk dilakukan penelitian yang
membandingkan antara metode yang selama ini dipakai di kelas dengan metode baru
yang mengedepankan keaktifan siswa.
2. Rendahnya prestasi belajar matematika
mungkin disebabkan oleh kurangnya sarana dan prasarana penunjang kegiatan
belajar mengajar, dalam hal ini kurangnya media pembelajaran. Terkait dengan
hal ini muncul pertanyaan apakah jika media pembelajaran tersedia secara
memadai akan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dijadikan
penelitian untuk melihat apakah penggunaan media pembelajaran dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa.
3. Rendahnya prestasi belajar matematika
siswa mungkin disebabkan siswa tidak berani mengemukakan pendapatnya dalam
menghadapi suatu permasalahan dan membangun pengetahuannya sendiri. Mengenai
hal ini dapat dilakukan penelitian apakah jika dilakukan pembelajaran yang
dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapatnya,
membangun pengetahuannya sendiri melalui proses belajar kelompok dapat
meningkatkan prestasi belajarnya atau tidak.
4. Ada kemungkinan bahwa rendahnya prestasi
belajar siswa dipengaruhi oleh motivasi belajar siswa. Terkait dengan hal ini
maka muncul pertanyaan apakah jika motivasi siswa tinggi dapat meningkatkan
prestasi belajarnya. Oleh karena itu dapat dilakukan penelitian mengenai
motivasi belajar siswa.
5.
Ada
kemungkinan bahwa rendahnya prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh gaya
belajar siswa. Terkait dengan hal ini maka muncul pertanyaan apakah jika siswa
belajar sesuai dengan gaya belajarnya dapat meningkatkan prestasi belajarnya.
Oleh karena itu dapat dilakukan penelitian mengenai gaya belajar siswa.
C.
Pemilihan
Masalah
Setelah masalah penelitian
diidentifikasi dari sumber masalahnya, peneliti tentu tidak akan bisa
menyelesaikan semua masalah yang diidentifikasi tersebut secara bersamaan.
Peneliti hendaknya focus pada masalah tertentu saja yang sekiranya dinilai
layak untuk diteliti lebih lanjut. Pertimbangan untuk memilih atau menentukan
apakah suatu masalah penelitian layak dan sesai untuk diteliti, pada dasarnya
dilakukan dari dua arah, yaitu (1) sisi objektif, dari arah masalahnya dan (2)
sisi subjektif, dari arah penelitinya. Penjelasannya sebagai berikut.
1.
Pertimbangan objektif
a. Mempertimbangkan
apakah masalah penelitian yang akan diangkat dapat memberikan sumbangan kepada
pengembangan teori dan khasanah pengetahuan ilmiah.
b. Mempertimbangkan
apakah masalah penelitian yang akan diangkat dapat memberikan sumbangan praktis
bagi perkembangan pengetahuan.
2.
Pertimbangan subjektif
Petimbangan ini
disesuaikan dengan kemampuan dari peneliti itu sendiri, pertimbangan yang
biasanya muncul adalah
a. Biaya
yang tersedia
b. Waktu
yang digunakan
c. Alat
dan perengkapan yang tersedia
d. Bekal
kemampuan teoritis
e. Penguasaan
metode yang diperlukan
Meskipun ada dua petimbangan, baik secara objektif
maupun subjektif, hendaknya sebagai peneliti lebih condong untuk mengedepankan
pertimbangan secara objektif. Sisi subjektif sebaiknya dieliminasi dan
tantangan masalah yang muncul harus dianggap sebagai dorongan untuk lebih baik
lagi, bukan sebagai sesuatu yang menghambat.
Misalnya dari identifikasi
masalah di atas, peneliti memilih masalah pada poin 1 dan 4 sebagai masalah
yang diteliti lebih lanjut.
D.
Pembatasan
Masalah
Setelah dilakukan pemilihan
masalah, peneliti perlu juga untuk melakukan pembatasan masalah. Langkah ini
dilakukan agar peneliti benar-benar focus pada subjek yang akan diteliti. Akan
muncul beberapa pertanyaan terkait pembatasan masalah ini.
a.
Jenis penelitian apa yang akan dilaksanakan?
b.
Materi/ pokok bahasan apa yang akan diteliti?
c.
Siapa yang akan dikenai penelitian?
d.
Pada saat kapan penelitian tersebut akan
dilaksanakan?
Dari contoh di depan akan
diberikan pembatasan masalah sebagai berikut.
1.
Metode
pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran kooperatif dengan tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) dan metode ekspositori.
2.
Motivasi
belajar siswa yang dikategorikan ke dalam motivasi belajar tinggi, sedang, dan
rendah.
3.
Prestasi
belajar yang dimaksud adalah prestasi belajar matematika siswa pada kompetensi
Pecahan.
4.
Ruang
lingkup penelitian dilakukan pada siswa-siswa SD/ MI di Kecamatan Purworejo.
5.
Penelitian
akan dilaksanakan pada Tahun Ajaran 2011/2012.
Setelah dilakukan pembatasan masalah, barulah judul penelitian tersebut
dirumuskan. Rumusan judul yang lengkap sebaiknya mencakup hal-hal sebagai
berikut:
1. Sifat dan jenis penelitian
2.
Objek
yang diteliti
3.
Subjek
penelitian
4.
Lokasi/
daerah penelitian
5. Tahun/ waktu terjadinya penelitian
Jika
dicermati, perumusan di atas sejajar dengan perumusan pada bagian pembatasan
masalah. Hal ini tidak mengherankan karena memang pada dasarnya pembatasan masalah
tersebut akan diarahkan untuk dimunculkannya suatu judul penelitian.
Dari
contoh di atas peneliti akan mengambil judul ” Eksperimentasi Pembelajaran
Matematika Berbasis Komputer Dengan Metode STAD Pada Kompetensi Pecahan
Ditinjau Dari Motivasi Belajar Siswa SD/ MI Se-Kecamatan Purworejo Tahun
Pelajaran 2011/2012”.
Sifat
dan jenis penelitian
|
Penelitian
ekperimen
|
Objek
yang diteliti
|
Metode
STAD dan motivasi
|
Subjek
penelitian
|
Siswa
SD/ MI
|
Lokasi
penelitian
|
SD/ MI Se-Kecematan
Purworejo
|
Tahun/
waktu penelitian
|
Tahun
Ajaran 2011/2012
|
E.
Rumusan
dan Tujuan Penelitian
Rumusan masalah tentunya berbeda
dengan masalah. Rumusan masalah pada dasarnya bersifat operasional sehingga
dapat dijalankan. Rumusan masalah akan memberikan arah yang jelas terhadap
pelaksanaan penelitian. Meskipun demikian, rumusan masalah tetap harus
didasarkan pada masalah yang diangkat pada bagian latar belakang. Rumusan
masalah nantinya akan menelurkan tujuan penelitian.
Rumusan masalah dalam laporan
penelitian disajikan dalam bentuk poin-poin dan dinyatakan dalam kalimat
pertanyaan. Rumusan masalah nantinya akan terkait dengan tujuan penelitian.
Bentuk-bentuk
Rumusan Masalah
Metodologi Penelitian
|
Judul Penelitian
|
Rumusan Masalah
|
P. Ekpserimen
|
Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Dengan
Pendekatan CTL Materi Turunan Pada Siswa Kelas XI SMA N 1 Purworejo Tahun
Ajaran 2011/2012
|
“Apakah prestasi belajar materi turunan pada
siswa yang dikenai pendekatan CTL lebih baik daripada siswa yang dikenai
pembelajaran ekspositori?”
|
P. Kausal Komparatif
|
Pengaruh Kemampuan Awal dan Lingkungan Belajar
Terhadap Prestasi Mateatika Siswa SD Se-Gugus Ahmad Yani Tahun Ajaran
2011/2012
|
1. Apakah
terdapat perbedaan prestasi belajar matematika siswa ditinjau dari kemampuan
awal?
2. Apakah
terdapat perbedaan prestasi belajar matematika siswa ditinjau dari lingkungan
belajarnya?
|
P. Korelasional
|
Korelasi Kemampan awal Matematika dan Aktivitasi
Belajar dengan Prestasi Belajar Matematika
|
1. Apakah
terdapat hubungan positif antara kemampuan awal matematika dengan prestasi
belajar matematika?
2. Apakah
terdapat hubungan positif antara aktivitas belajar dengan prestasi belajar
matematika?
3. Apaah
terdapat hubungan positif antara kemampuan awal matematika dan aktivitas
belajar dengan prestasi belajar matematika?
|
P. Tindakan Kelas
|
Upaya peningkatan kreativitas pemecahan soal dan
prestasi belajar melalui pembelajaran problem solving materi persamaan linier
dua variable pada siswa kelas VII SMP N 2 Purworejo
|
1. Apakah
keativitas pemecahan soal dapat ditingkatkan melalaui pembelajaran problem
solving?
2. Apakah
prestasi belajar matematika siswa dapat ditingkatkan melalui pembelajaran
problem solving?
|
Bentuk
penulisan tujuan penelitian
Judul Penelitian
|
Rumusan Masalah
|
Tujuan Penelitian
|
Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Dengan
Pendekatan CTL Materi Turunan Pada Siswa Kelas XI SMA N 1 Purworejo Tahun
Ajaran 2011/2012
|
“Apakah prestasi belajar materi turunan pada
siswa yang dikenai pendekatan CTL lebih baik daripada siswa yang dikenai pembelajaran
ekspositori?”
|
Untuk mengetahui apakah prestasi belajar materi
turunan pada siswa yang dikenai pendekatan CTL lebih baik daripada siswa yang
dikenai pembelajaran ekspositori.
|
Pengaruh Kemampuan Awal dan Lingkungan Belajar
Terhadap Prestasi Mateatika Siswa SD Se-Gugus Ahmad Yani Tahun Ajaran
2011/2012
|
3. Apakah
terdapat perbedaan prestasi belajar matematika siswa ditinjau dari kemampuan
awal?
4. Apakah
terdapat perbedaan prestasi belajar matematika siswa ditinjau dari lingkungan
belajarnya?
|
1. Untuk
mengetahui apakah terdapat perbedaan prestasi belajar matematika siswa
ditinjau dari kemampuan awal
2. Untuk
mengetahui apakah terdapat perbedaan prestasi belajar matematika siswa
ditinjau dari lingkungan belajarnya.
|
Korelasi Kemampan awal Matematika dan Aktivitasi
Belajar dengan Prestasi Belajar Matematika
|
4. Apakah
terdapat hubungan positif antara kemampuan awal matematika dengan prestasi
belajar matematika?
5. Apakah
terdapat hubungan positif antara aktivitas belajar dengan prestasi belajar
matematika?
6. Apaah
terdapat hubungan positif antara kemampuan awal matematika dan aktivitas
belajar dengan prestasi belajar matematika?
|
1. Untuk
mengetahui apakah terdapat hubungan positif antara kemampuan awal matematika
dengan prestasi belajar matematika.
2. Untuk
Mengetahi apakah terdapat hubungan positif antara aktivitas belajar dengan
prestasi belajar matematika.
3. Untuk
mengetahui apakah terdapat hubungan positif antara kemampuan awal matematika
dan aktivitas belajar dengan prestasi belajar matematika.
|
Upaya peningkatan kreativitas pemecahan soal dan
prestasi belajar melalui pembelajaran problem solving materi persamaan linier
dua variable pada siswa kelas VII SMP N 2 Purworejo
|
3. Apakah
keativitas pemecahan soal dapat ditingkatkan melalui pembelajaran problem
solving?
4. Apakah
prestasi belajar matematika siswa dapat ditingkatkan melalui pembelajaran
problem solving?
|
1. Untuk
mengetahui apakah keativitas pemecahan soal dapat ditingkatkan melalui
pembelajaran problem solving.
2. Untuk
mengetahui apakah prestasi belajar matematika siswa dapat ditingkatkan
melalui pembelajaran problem solving.
|
0 komentar:
Post a Comment