Sunday, February 9, 2014

Merumuskan Masalah Dalam Penelitian Pendidikan

Penelitian selalu didasarkan pada masalah. Dengan kata lain jika tidak ada masalah, maka tidak perlu dilakukan penelitian. Sebenarnya hampir semua masalah pendidikan dapat diangkat sebagai suatu penelitian, namun akan lebih baik lagi jika masalah yang diangkat nantinya setelah dilakukan pnelitian hasilnya dapat membrikan sumbangan positif bagi dunia pendidikan.
Apa yang disebut sebagai masalah penelitian ialah segala sesuatu yang bertentangan/berbeda antara  keinginan dengan kenyataan yang dihadapi (problem  is any discrepancy between an  actual  state  of affairs and some ideal state). Dikatakan ada masalah berarti ada kenyataan yang berbeda bahkan bertolakbelakang antara apa yang seharusnya  terjadi (das sollen) dengan kenyataan yang  dihadapi (das sein). Adanya perbedaan kenyataan tersebut mempengaruhi atau menyebabkan munculnya kerugian bagi
banyak orang (masyarakat) atau lembaga atau aturan-aturan yang telah disepakati, sehingga menurut akal sehat masalah tersebut perlu dicarikan jalan keluar pemecahannya.
Dalam batasan yang sederhana, masalah bisa diartikan sebagai (a) sesuatu yang belum diketahui (karena  sifat  kebaruannya) dan menimbulkan rasa ingin tahu; (b) segala bentuk pertanyaan yang perlu dicari jawabannya;  (c) segala sesuatu yang dipertanyakan; atau (e)  segala  bentuk hambatan, rintangan,  atau  kesulitan  yang muncul  pada sesuatu bidang yang perlu dihindari  dan  disingkirkan.
Sumber masalah juga sangat banyak dan beragam, bahkan terkadang muncul pada saat yang tidak diperkirakan sebelumnya. Perhatikan beberapa kasus berikut ini.
1.      Diakhir semester dibagikan Kartu Hasil Studi. Seorang mahasiswa secara tidak sengaja mengamati bahwa setiap mahasiswa yang memperoleh Indeks Prestasi bagus kebanyakan berwajah cantik. Akhirnya ia menemukan masalah penelitian, apakah kecerdasan dan indkes prestasi dipengaruhi oleh kecantikan wajah seseorang?
2.      Ada seorang guru yang mengajar di suatu kelas. Ia menemukan ada seorang anak yang tidak bisa diam, sering ramai, dan mengganggu proses pembelajarannya. Selanjutnya ia menemukan masalah penelitian, bagaimana cara mengajar yang sesuai untuk anak yang demikian?
3.      Dan sebagainya.
Contoh di atas merupakan contoh ditemukannya masalah dalam kondisi yang tidak terduga.

Untuk menemukan masalah penelitian, bisa dilakukan dengan berbagai cara. Di antara cara-cara itu ialah  dengan   melakukan  pengamatan terhadap kegiatan manusia secara cermat. Dari pengamatan tersebut, lantas kita tanyakan kembali yakni apakah  ada perbedaan antara apa yang  seharusnya  dengan kenyataan yang ditemui?  Lihatlah bagaimana seorang teknisi mobil di bengkel bekerja. Dengan menghidupkan mesin mobil, mereka cepat tahu apa yang tidak beres pada mesin mobil tersebut.  Begitu pulalah dengan dokter. Dengan mengamati pasien ditambah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan singkat, dokter akan tahu kemungkinan penyakit yang diderita pasien. Jika kurang yakin atau untuk lebih meyakinkan diri, seorang teknisi mobil atau seorang dokter akan mengetes (mendiagnosis) dengan memakai alat-alat yang dimiliki.  Untuk mempertajam pemahaman atas jawaban yang diajukan sendiri, perlu dibantu dengan membaca sumber-sumber bacaan sesuai dengan bidang pengetahuan yang digeluti. Semakin kita kuasai bidang keilmuan, akan semakin peka untuk melihat adanya masalah. Sumber-sumber bacaan itu bisa dicari misalnya dari laporan-laporan penelitian. Bisa jadi, akan kita temukan adanya  ketidakajegan  hasil-hasil  penelitian   tentang sesuatu hal. Ini mungkin bisa dilihat dari arah pendekatan teori atau metodologi yang dipakai. Jika perlu, bisa juga dilanjutkan dengan mendiskusikan kepada peer-group atau kepada pihak-pihak yang terkait, sehingga menambhak keyakinan kita adanya masalah penelitian yang menarik dikaji. Namun  demikian, tidak semua masalah menjadi penting untuk diangkat sebagai permasalahan yang membutuhkan penelitian. Dalam hal ini, diperlukan sejumlah pertimbangan, di antaranya:  (a).  Apakah penelitian terhadap masalah yang kita  angkat  itu   akan memberikan sumbangan untuk pemecahan  masalah-masalah  praktis,  pengembangan teori, atau  memiliki  daya  tarik karena kebaruannya?; (b) Kalau kita meneliti terhadap masalah yang akan kita ajukan itu, apakah dari segi biaya, waktu, fasilitas, kemampuan,  dan metodologi, terkuasai.
Apabila sudah  “mencukupi”, maka langkah berikutnya  adalah “merumuskan permasalahan ke  dalam  susunan kalimat yang jelas. Ingat, dapat merumuskan dengan baik masalah penelitian yang akan dilakukan, sudah merupakan separoh dari berhasilnya penelitian itu sendiri”. Untuk itu, perlu diperhatikan beberapa hal. Pertama, hendaknya masalah yang diajukan dirumuskan ke dalam bentuk kalimat yang jelas, dan padat. Kedua, hendaknya, di dalam susunan  permasalahan  itu  memberi petunjuk tentang mungkinnya  melakukan pengumpulan  data  guna menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terkandung dalam perumusannya itu.
A.    Sumber dan latar belakang Masalah
Sebagaimana telah disebutkan di depan, sumber masalah pendidikan tersedia sangat banyak, antara lain: (1) bacaan, terutama bacaan yang memuat laporan penelitian, (2) seminar, diskusi, dan pertemuan ilmiah lainnya, (3) pernyataan pemegang otoritas, (4) pengamatan sepintas, (5) pengamatan pribadi, dan (6) perasaan intuitif (Sumadi Suryabrata dalam Budiyono, 2003: 16). 
Dalam penelitian yang baik, sebaiknya masalah yang dimunculkan selalu didukung dengan data empirik dan berupa fakta. Data empirik adalah data yang berupa angka statistik. Sedangkan fakta berarti masalah tersebut benar-benar ada dan tidak mengada-ada.
Peneliti melihat bahwa prestasi belajar matematika siswa tidak menggembirakan, hal ini dikatakan karena didukung beberapa data sebagai berikut:
1.      Human Developent Index (HDI) menunjukkan bahwa kualitas pendidikan Indonesia berada pada peringkat 110 dari 170 negara pada tahun 2002.
2.      Laporan Trend in International Mathematics and Science Study (TIMSS) dalam http://nces.ed.gov/timss/table07 pada tahun 2007 menempatkan Indonesia pada posisi ke-36 dalam bidang matematika dari 48 negara. Dari survei TIMSS tersebut juga diketahui bahwa pelajar Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Indonesia dikategorikan berada di bawah standar internasional dalam penguasaan matematika.
3.      Laporan Programme for International Student Assesment (PISA) pada tahun 2003, Indonesia berada pada urutan ke-33 dari 40 negara peserta dalam matematika, IPA, maupun membaca.
4.      Hasil rata-rata nilai Ujian Nasional
Mata pelajaran
Rata-Rata Ujian Nasional
Matematika
6,25
IPA
7,85
Bahasa Indonesia
7,35

Dari data-data di atas, menjadikan masalah penelitian menjadi semakin kuat dan terlihat nyata.
B.     Identifikasi Masalah
Dari hasil pengamatan masalah yang muncul, selanjutnya peneliti mengidentifikasi permasalahannya sehingga diperoleh beberapa masalah yang lebih detail lagi. Misalnya, seorang peneliti melihat bahwa ada kecenderungan nilai rata-rata matematika selalu lebih rendah jika dibandingkan dengan rata-rata nilai mata pelajaran yang lain. Permasalahan tersebut selanjutnya diangkat sebagai masalah penelitiannya. Selanjutnya peneliti melakukan identifikasi penyebab masalah yang mungkin menjadi penyebab permasalahan tersebut. Sehingga muncul identifikasi masalah sebagai berikut:
Latar belakang (sumber) masalah
kecenderungan nilai rata-rata matematika selalu lebih rendah jika dibandingkan dengan rata-rata nilai mata pelajaran yang lain
Identifikasi masalah
Dari latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa penyebab masalah sebagai berikut.
1.      Ada kemungkinan masih rendahnya prestasi belajar matematika siswa disebabkan oleh metode pembelajaran yang selama ini diterapkan oleh guru di kelas. Kebanyakan pembelajaran masih didominasi oleh guru dan kurang melibatkan siswa secara aktif. Terkait dengan hal ini muncul pertanyaan apakah jika metode pembelajarannya diubah, maka prestasi siswa akan meningkat atau tidak. Sehingga dipandang perlu untuk dilakukan penelitian yang membandingkan antara metode yang selama ini dipakai di kelas dengan metode baru yang mengedepankan keaktifan siswa.
2.      Rendahnya prestasi belajar matematika mungkin disebabkan oleh kurangnya sarana dan prasarana penunjang kegiatan belajar mengajar, dalam hal ini kurangnya media pembelajaran. Terkait dengan hal ini muncul pertanyaan apakah jika media pembelajaran tersedia secara memadai akan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dijadikan penelitian untuk melihat apakah penggunaan media pembelajaran dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
3.      Rendahnya prestasi belajar matematika siswa mungkin disebabkan siswa tidak berani mengemukakan pendapatnya dalam menghadapi suatu permasalahan dan membangun pengetahuannya sendiri. Mengenai hal ini dapat dilakukan penelitian apakah jika dilakukan pembelajaran yang dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapatnya, membangun pengetahuannya sendiri melalui proses belajar kelompok dapat meningkatkan prestasi belajarnya atau tidak.
4.      Ada kemungkinan bahwa rendahnya prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh motivasi belajar siswa. Terkait dengan hal ini maka muncul pertanyaan apakah jika motivasi siswa tinggi dapat meningkatkan prestasi belajarnya. Oleh karena itu dapat dilakukan penelitian mengenai motivasi belajar siswa.
5.      Ada kemungkinan bahwa rendahnya prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh gaya belajar siswa. Terkait dengan hal ini maka muncul pertanyaan apakah jika siswa belajar sesuai dengan gaya belajarnya dapat meningkatkan prestasi belajarnya. Oleh karena itu dapat dilakukan penelitian mengenai gaya belajar siswa.
C.    Pemilihan Masalah
Setelah masalah penelitian diidentifikasi dari sumber masalahnya, peneliti tentu tidak akan bisa menyelesaikan semua masalah yang diidentifikasi tersebut secara bersamaan. Peneliti hendaknya focus pada masalah tertentu saja yang sekiranya dinilai layak untuk diteliti lebih lanjut. Pertimbangan untuk memilih atau menentukan apakah suatu masalah penelitian layak dan sesai untuk diteliti, pada dasarnya dilakukan dari dua arah, yaitu (1) sisi objektif, dari arah masalahnya dan (2) sisi subjektif, dari arah penelitinya. Penjelasannya sebagai berikut.
1.      Pertimbangan objektif
a.       Mempertimbangkan apakah masalah penelitian yang akan diangkat dapat memberikan sumbangan kepada pengembangan teori dan khasanah pengetahuan ilmiah.
b.      Mempertimbangkan apakah masalah penelitian yang akan diangkat dapat memberikan sumbangan praktis bagi perkembangan pengetahuan.
2.      Pertimbangan subjektif
Petimbangan ini disesuaikan dengan kemampuan dari peneliti itu sendiri, pertimbangan yang biasanya muncul adalah
a.       Biaya yang tersedia
b.      Waktu yang digunakan
c.       Alat dan perengkapan yang tersedia
d.      Bekal kemampuan teoritis
e.       Penguasaan metode yang diperlukan
Meskipun ada dua petimbangan, baik secara objektif maupun subjektif, hendaknya sebagai peneliti lebih condong untuk mengedepankan pertimbangan secara objektif. Sisi subjektif sebaiknya dieliminasi dan tantangan masalah yang muncul harus dianggap sebagai dorongan untuk lebih baik lagi, bukan sebagai sesuatu yang menghambat.
Misalnya dari identifikasi masalah di atas, peneliti memilih masalah pada poin 1 dan 4 sebagai masalah yang diteliti lebih lanjut.
D.    Pembatasan Masalah
Setelah dilakukan pemilihan masalah, peneliti perlu juga untuk melakukan pembatasan masalah. Langkah ini dilakukan agar peneliti benar-benar focus pada subjek yang akan diteliti. Akan muncul beberapa pertanyaan terkait pembatasan masalah ini.
a.       Jenis penelitian apa yang akan dilaksanakan?
b.      Materi/ pokok bahasan apa yang akan diteliti?
c.       Siapa yang akan dikenai penelitian?
d.      Pada saat kapan penelitian tersebut akan dilaksanakan?

Dari contoh di depan akan diberikan pembatasan masalah sebagai berikut.
1.            Metode pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran kooperatif  dengan tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) dan metode ekspositori.
2.            Motivasi belajar siswa yang dikategorikan ke dalam motivasi belajar tinggi, sedang, dan rendah.
3.            Prestasi belajar yang dimaksud adalah prestasi belajar matematika siswa pada kompetensi Pecahan.
4.            Ruang lingkup penelitian dilakukan pada siswa-siswa SD/ MI di Kecamatan Purworejo.
5.            Penelitian akan dilaksanakan pada Tahun Ajaran 2011/2012.

Setelah dilakukan pembatasan masalah, barulah judul penelitian tersebut dirumuskan. Rumusan judul yang lengkap sebaiknya mencakup hal-hal sebagai berikut:
1.      Sifat dan jenis penelitian
2.      Objek yang diteliti
3.      Subjek penelitian
4.      Lokasi/ daerah penelitian
5.      Tahun/ waktu terjadinya penelitian
Jika dicermati, perumusan di atas sejajar dengan perumusan pada bagian pembatasan masalah. Hal ini tidak mengherankan karena memang pada dasarnya pembatasan masalah tersebut akan diarahkan untuk dimunculkannya suatu judul penelitian.
Dari contoh di atas peneliti akan mengambil judul ” Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Berbasis Komputer Dengan Metode STAD Pada Kompetensi Pecahan Ditinjau Dari Motivasi Belajar Siswa SD/ MI Se-Kecamatan Purworejo Tahun Pelajaran 2011/2012”.
Sifat dan jenis penelitian
Penelitian ekperimen
Objek yang diteliti
Metode STAD dan motivasi
Subjek penelitian
Siswa SD/ MI
Lokasi penelitian
SD/ MI Se-Kecematan Purworejo
Tahun/ waktu penelitian
Tahun Ajaran 2011/2012

E.     Rumusan dan Tujuan Penelitian
Rumusan masalah tentunya berbeda dengan masalah. Rumusan masalah pada dasarnya bersifat operasional sehingga dapat dijalankan. Rumusan masalah akan memberikan arah yang jelas terhadap pelaksanaan penelitian. Meskipun demikian, rumusan masalah tetap harus didasarkan pada masalah yang diangkat pada bagian latar belakang. Rumusan masalah nantinya akan menelurkan tujuan penelitian.
Rumusan masalah dalam laporan penelitian disajikan dalam bentuk poin-poin dan dinyatakan dalam kalimat pertanyaan. Rumusan masalah nantinya akan terkait dengan tujuan penelitian.
Bentuk-bentuk Rumusan Masalah
Metodologi Penelitian
Judul Penelitian
Rumusan Masalah
P. Ekpserimen
Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan CTL Materi Turunan Pada Siswa Kelas XI SMA N 1 Purworejo Tahun Ajaran 2011/2012
“Apakah prestasi belajar materi turunan pada siswa yang dikenai pendekatan CTL lebih baik daripada siswa yang dikenai pembelajaran ekspositori?”
P. Kausal Komparatif
Pengaruh Kemampuan Awal dan Lingkungan Belajar Terhadap Prestasi Mateatika Siswa SD Se-Gugus Ahmad Yani Tahun Ajaran 2011/2012
1.      Apakah terdapat perbedaan prestasi belajar matematika siswa ditinjau dari kemampuan awal?
2.      Apakah terdapat perbedaan prestasi belajar matematika siswa ditinjau dari lingkungan belajarnya?
P. Korelasional
Korelasi Kemampan awal Matematika dan Aktivitasi Belajar dengan Prestasi Belajar Matematika
1.      Apakah terdapat hubungan positif antara kemampuan awal matematika dengan prestasi belajar matematika?
2.      Apakah terdapat hubungan positif antara aktivitas belajar dengan prestasi belajar matematika?
3.      Apaah terdapat hubungan positif antara kemampuan awal matematika dan aktivitas belajar dengan prestasi belajar matematika?
P. Tindakan Kelas
Upaya peningkatan kreativitas pemecahan soal dan prestasi belajar melalui pembelajaran problem solving materi persamaan linier dua variable pada siswa kelas VII SMP N 2 Purworejo
1.      Apakah keativitas pemecahan soal dapat ditingkatkan melalaui pembelajaran problem solving?
2.      Apakah prestasi belajar matematika siswa dapat ditingkatkan melalui pembelajaran problem solving?

Bentuk penulisan tujuan penelitian
Judul Penelitian
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan CTL Materi Turunan Pada Siswa Kelas XI SMA N 1 Purworejo Tahun Ajaran 2011/2012
“Apakah prestasi belajar materi turunan pada siswa yang dikenai pendekatan CTL lebih baik daripada siswa yang dikenai pembelajaran ekspositori?”
Untuk mengetahui apakah prestasi belajar materi turunan pada siswa yang dikenai pendekatan CTL lebih baik daripada siswa yang dikenai pembelajaran ekspositori.
Pengaruh Kemampuan Awal dan Lingkungan Belajar Terhadap Prestasi Mateatika Siswa SD Se-Gugus Ahmad Yani Tahun Ajaran 2011/2012
3.      Apakah terdapat perbedaan prestasi belajar matematika siswa ditinjau dari kemampuan awal?
4.      Apakah terdapat perbedaan prestasi belajar matematika siswa ditinjau dari lingkungan belajarnya?
1.      Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan prestasi belajar matematika siswa ditinjau dari kemampuan awal
2.      Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan prestasi belajar matematika siswa ditinjau dari lingkungan belajarnya.
Korelasi Kemampan awal Matematika dan Aktivitasi Belajar dengan Prestasi Belajar Matematika
4.      Apakah terdapat hubungan positif antara kemampuan awal matematika dengan prestasi belajar matematika?
5.      Apakah terdapat hubungan positif antara aktivitas belajar dengan prestasi belajar matematika?
6.      Apaah terdapat hubungan positif antara kemampuan awal matematika dan aktivitas belajar dengan prestasi belajar matematika?
1.      Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan positif antara kemampuan awal matematika dengan prestasi belajar matematika.
2.      Untuk Mengetahi apakah terdapat hubungan positif antara aktivitas belajar dengan prestasi belajar matematika.
3.      Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan positif antara kemampuan awal matematika dan aktivitas belajar dengan prestasi belajar matematika.
Upaya peningkatan kreativitas pemecahan soal dan prestasi belajar melalui pembelajaran problem solving materi persamaan linier dua variable pada siswa kelas VII SMP N 2 Purworejo
3.      Apakah keativitas pemecahan soal dapat ditingkatkan melalui pembelajaran problem solving?
4.      Apakah prestasi belajar matematika siswa dapat ditingkatkan melalui pembelajaran problem solving?
1.      Untuk mengetahui apakah keativitas pemecahan soal dapat ditingkatkan melalui pembelajaran problem solving.
2.      Untuk mengetahui apakah prestasi belajar matematika siswa dapat ditingkatkan melalui pembelajaran problem solving.




0 komentar:

Post a Comment