Disisi lain, ada
dua wanita yang sedang menunggu kedatangan seorang teman. Namanya Nur dan
Kobibah nama yang pas untuk wanita kampungan seperti mereka.
“wes yoh,
mangkat baen. Ko ndak telat”
“tapi, prutri
sih... apa ra melas ditinggal?”
Kalian pikir
pasti wanita ini menunggu gue yaa, norak banget kalian. Gue ditunggu sama
wanita seperti mereka, huf tidak level yaa.
“bend lah,
paling yang putri rang mangkat.... buktine jam semen era nongol.... biasane kan
paling gasik dewek...” hal seperti ini sudah biasa bagi Nur untuk
ngomel-ngomel.
“iya sih, ya wes
lah... tapi sek putri mangkat anjur koe tinggal... koe sing ngomong yaaa...”
“yaa... moh
yaaa... ya wes, koe nunggu putri, ku tak mangkat set. ku wedi kepancal”
“tapi....”
“ya wes, dah...
tak enteni lurud ndalan yaaa? Dadah...”
“tapi...pati...
lah kok di tinggal... ya wes lah tak tunggu 5 menit meneng”
Di sisi lain gue
sedang menujuh tempat di nana gue mencari ilmu. Iya gue tak begitu pintar,
sehingga gue hanya bisa sekolah di sekolahan swasta saja.
“kampreetttt....
jaluk duet malah diceramahi, apa... apa...” di sepanjang jalan, berbicara tak
berraturan. Itu hal yang sering gue lakukan sambil berangkat ke sekolah. Ocehan
yang bernada dan berirama ini membuat gue seperti orang gila.
Di jalan yang
tak begitu ramai ini, ada seorang wanita yang sedang jongkok di sebelah
sepedanya. “sapa kae, wah.... bisa tak tak jaluki duet ki, kayane wong
sugeh.... mesti sangune akeh... cocok...”
Cerita sebelumnya...... Cerita selanjutnya........
Cerita sebelumnya...... Cerita selanjutnya........
0 komentar:
Post a Comment