Neneku
Berbeda
Menjelang
waktu senja, kami dan rombongan pulang ke tempat kami tinggal. Seperti anak
normal kebanyakan, hidupku diisi dengan belajar dan bermain. Di desaku masi
ketal dengan budaya yang khas. Diwaktu mulai larut, anak-anak seumuranku pergi
ke musohal untuk belajar agama.
Dikala
mulai malam, diriku belajar untuk hari esok. Kegiatan ini selalu aku lakukan
sebelum tidur. Berbeda dengan anak kebanyakan, ketika aku belajar hanya ditemana
oleh sebuah nyala api yang redu dan diiringi suara radio tua warisan kakekku. Waktu
demi waktu malam selalu deitemani sunyinya gegelapan, terkadang juga terdengan
nenekku tertawa sendiri. Sering kali nenekku menghampiri diriku, dan membuat
tawa diriku.
Mendengar
nenekku tertawa sendiri, mengudanku untuk menghapirinya dengan rasa ini tahu.
“nenek,
kenapa tertawa sendiri” tuturku sambil menghampiri nenek.
“addaaaa
setan” jawab nenek dengan ekspesi yang tadinya ketawa jadi ketakutan meliha
diriku.
“nenek,
masa cucu sendiri diblang setan”
“bukan
kamu, tapi dibelakangmu”
“yang
benar, nek” sambil diriku lari kebelakan nenek.
“hahahah.
. .masa jagoan taku sama setan, lihat wajahmu”
“ah.
. .nenek, bercandanya tidak lucu”
“hahhaha.
. . .dasar anak, cengeng”
Dengan
rasa malu yang berlebihan karena tipuan murahan nenekku. Inilah nenekku yang
terlihat berbeda, malau wajahnya suda keriput kaya kain belum distrika, dia
tetap nenekku yang terhebat.
“kenapa
tadi nenek ketawa sendiri”
“ini
tadi nenek, baca nopel lucu. Jadi bikin ketawa” jawab nenek sambil menunjukan
buku mewarnai anak TK.
“lah,
emang nenek bisa baca” sambil mengambil buku yang ditunjukan nenek padaku.
“jangan
salah, kamu tahu pak SBY belajar membaca dari siapa, trus pak lulah juga” dengan
wajah sombok nenek.
“engan
nenek pah yang ngajari pak persiden SBY membaca” dengan rasa heran dan tidak
percaya.
“yaaa….
Bukan lah, kan tadi aku bertanya padamu, kali saja kamu tahu biar nenek mau
belajar juga padanya. Hahahha” inilah nenek yang tidak pernah serius ketika
ditanya.
“alah
nenek, mulai ngaco” sambil membukan buku pemberian nenek.
“nek,
inikan buku mewanai punya anak TK, nenek dapat dari mana?”
“beli
dipasar, kan lagi diskon 70%, jadi nenek beli aja. Heheheh”
“huh.
. .”
BERSAMBUNG. . . .
0 komentar:
Post a Comment