BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Umat Islam mempercayai bahwa Allah SWT telah menciptakan dan menyempurnakan tubuh manusia. Melalui hukum penciptaan-Nya, Allah telah menciptakan tahap demi tahap bentuk tubuh manusia, mulai dari masa dalam kandungan hingga dewasa. Salah satu tahap pertumbuhan dan perkembangan yang dilewati manusia adalah masa balita.
Masa balita (bayi lima tahun) merupakan masa ketika bayi berumur satu tahun sampai lima tahun. Pada saat ini terjadi banyak perkembangan. Perkembangan tersebut tentunya dipengaruhi oleh faktor keluarga dan lingkungan tempat tinggalnya. Jika keluarga dan lingkungannya bisa memberikan contoh dan mengajarkan yang baik, maka anak tersebut akan cenderung tumbuh menjadi pribadi yang baik pula, begitu pun sebaliknya. Sehingga kita sebagai manusia seharusnya bisa memahami tentang perkembangan-perkembangan balita. Sebab, nantinya kita pun akan berperan sebagai dua faktor penting tersebut.
Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan materi tentang perkembangan anak usia satu sampai lima tahun (balita).
B. Tujuan Penulisan Makalah
Penulisan makalah ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Perkembangan Peserta Didik.
2. Agar pembaca mengetahui perkembangan-perkembangan pada masa balita.
3. Agar pembaca mengetahui hal-hal yang mempengaruhi perkembangan balita.
4. Agar pembaca mengetahui bahaya pada awal masa kanak-kanak (balita).
BAB II
RUMUSAN MASALAH
1. Perkembangan apa saja yang dilalui pada masa balita?
2. Hal apa saja yang berpengaruh pada perkembangan balita?
3. Bahaya apa saja yang mengancam pada awal masa kanak-kanak (balita)?
BAB III
PEMBAHASAN
A. Perkembangan Sesudah Tahun Pertama
Secara singkat, ada 8 tanda-tanda esensisial yang dapat disebutkan dalam perkembangan seorang anak antara akhir tahun pertama dan permulaan usia 4 tahun. Dalam periode ini terjadi kemajuan yang sangat pesat. Kemajuan-kemajuan tersebut antara lain:
1. Pada permulaan periode ini anak bisa duduk, berdiri dan berjalan dengan bantuan.
2. Pada anak usia 4 tahun maka tangan dan mata bekerja sama dalam koordinasi yang baik, anak lebih dapat mengadakan orientasi dalam situasi-situasi yang tidak asing.
3. Pada usia 4 tahun anak sudah dapat berbahasa. Ia dapat mengambil bagian secara aktif dalam percakapan di rumah serta komunikasi dengan teman-teman sebayanya.
4. Pada akhir periode ini anak memperoleh pengertian banyak mengenai benda-benda menurut warna dan bentuknya, membedakan suara keras dan suara lembut.
5. Pada usia 4 tahun anak sedikit banyak sudah mengerti ruang dan waktu. Ia mengerti perbedaan antara siang dan malam.
6. Pengertian akan norma-norma pada anak usia 4 tahun juga sudah ada. Kata-kata “baik”, “buruk”, “tidak boleh”, “jangan” dan sebagainya.
7. Anak sudah dapat membuat rencana, memikirkan apa yang akan dilakukannya.
8. Selain dengan orang dewasa, anak sudah menginginkan dapat bergaul secara aktif dengan anak-anak sebaya.
B. Perkembangan Fisik dan Psikomotorik
1. Perkembangan Fisik
a. Tinggi
Pertambahan tinggi badan setiap tahunnya rata-rata tiga inci. Pada usia 6 tahun, tinggi anak rata-rata 46,8 inci.
b. Berat
Pertambahan berat badan setiap tahunnya rata-rata sampai lima pon. Pada usia 6 tahun berat anak harus kurang lebih 7x berat pada waktu lahir. Anak perempuan rata-rata beratnya 48,5 pon dan anak laki-laki 49 pon.
c. Perbandingan tubuh
Perbandingan tubuh sangat berubah dan penampilan bayi tidak tampak lagi. Wajah tetap kecil, tetapi dagu tampak lebih jelas dan leher lebih memanjang. Gumpalan pada bagian-bagian tubuh berangsur-angsur berkurang dan tubuh cenderung berbentuk kerucut, dengan perut yang rata, dada yang lebih bidang dan rata, dan bahu lebih luas dan lebih persegi. Lengan dan kaki lebih panjang dan lebih lurus, tangan dan kaki tumbuh lebih besar.
d. Postur tubuh
Perbedaan postur tubuh untuk pertama kali jelas dalam awal kanak-kanak. Ada yang postur tubuhnya gemuk lembek (endomorfik), ada yang kuat berotot (mesomorfik) dan ada juga yang relatif kurus (ektomorfik).
e. Tulang dan otot
Tingkat pengerasan otot bervariasi pada bagian-bagian tubuh mengikuti hukum perkembangan arah. Otot menjadi lebih besar, lebih kuat dan lebih berat, sehingga anak tampak lebih kurus meskipun beratnya bertambah.
f. Lemak
Anak-anak yang cenderung bertubuh endomorfik lebih banyak jaringan lemaknya dari pada jaringan otot, sedangkan mesomorfik cenderung mempunyai jaringan otot lebih banyak dari pada jaringan lemak dan yang bertubuh ektomorfik mempunyai otot-otot yang kecil dan sedikit jaringan lemak.
g. Gigi
Selama 4-6 bulan pertama dari awal masa kanak-kanak, empat gigi bayi yang terakhir muncul. Selama setengah tahun terakhir, gigi bayi mulai tanggal dan digantikan oleh gigi tetap.
2. Perkembangan Psikomotorik
Anggota-anggota badan tumbuh dengan kecepatan yang berbeda-beda. Perlu dilihat pula bahwa tiap anak mempunyai tempo perkembangannya sendiri meskipun ada norma-norma yang dapat dipakai sebagai ukuran perkembangan normal.
Proporsi badan dan jaringan urat daging dapat dikatakan tetap sampai kurang lebih tahun kelima. Sekitar tahun kelima mulailah apa yang disebut “Gestaltwandel” pertama (Zeller, 1936). Hal ini berarti bahwa anak yang sampai sekarang mempunyai kepala yang relatif besar dan anggota badan yang pendek akan mulai mempunyai proporsi badan yang seimbang. Anggota-anggota badannya menjadi lebih panjang, perutnya mengecil dan kepalanya dibanding dengan bagian-bagian badan yang lain mendapatkan proporsi yang normal. Semula jaringan-jaringan tulang dan urat daging lebih berkembang menjadi lebih berat. Jaringan lemak bertambah lebih lambat. Selama tahun kelima nampak perkembangan jaringan urat daging secara cepat .
Sekitar usia 3 tahun anak sudah bisa berjalan secara otomatis. Sekitar 4 tahun anak hampir menguasai cara berjalan orang dewasa. Sekitar usia 5-6 tahun anak dapat berlari seperti orang dewasa.
C. Kebiasaan Fisiologis
Dalam awal masa kanak-kanak, kebiasaan fisiologis yang dasarnya sudah diletakkan pada masa bayi menjadi semakin baik. Tidak perlu lagi disediakan makanan khusus dan anak belajar makan pada waktu-waktu tertentu. Namun nafsu makan anak-anak tidak sebesar seperti pada masa bayi.
Jumlah tidur yang dibutuhkan sehari-hari berbeda, bergantung pada berbagai faktor tertentu seperti banyaknya latihan di siang hari dan macam kegiatan yang dilakukan. Pada usia 3 atau 4 tahun anak sudah harus dapat mengendalikan kantung kemih pada malam hari. Pada saat anak-anak siap masuk sekolah pengendalian kantung kemih sudah harus sempurna, sehingga sekalipun mereka merasa lelah dan mengalami ketegangan emosional tidak akan mengompol.
D. Perkembangan Kepribadian dan Perkembangan sosial
1. Tingkah Laku Lekat Sesudah Umur Satu tahun
Tingkah laku lekat merupakan kecenderungan dasar pada anak yang sudah ada sebelum proses-proses belajar dapat terjadi. Dalam hal ini ada dua teori:
a. Teori diferensiasi
Teori ini berdasarkan pendapat Bowlby (1951), sejak lama kelekatan dan ketergantungan mempunyai arti yang sama. Kenyataannya dua hal ini sangat berbeda satu sama lain. Pada kelekatan maka anak mencari kontak sosial tetapi juga suatu sikap penuh kehangatan dan kasih sayang. Dalam hal ini anak mempunyai pilihan terhadap orang-orang tertentu, pertama adalah ibunya, ayahnya, atau anggota keluarga lain.
Menurut teori diferensiasi ini anak dianggap relatif mempunyai kelekatan dengan ibunya sampai kurang lebih 6 tahun.
b. Teori Paralel
Maccoby, Masters dan Hartup berpendapat bahwa anak sesudah berumur satu tahun akan segera menunjukkan tingkah laku lekat pada orang dewasa maupun teman sebaya yang lain. Observasi-observasi di Indonesia menunjukkan bahwa anak bayi mengalami pola asuhan yang tidak sama yang sangat tergantung pada situasinya.
2. Egosentrisme
Egosentrisme pemusatan pada diri sendiri dan merupakan proses dasar yang banyak dijumpai pada tingkah laku anak. Egosentrisme berlangsung secara tidak sadar dan merupakan sikap batin yang dimiliki seseorang sebagai pembawaan.
Ada 6 macam bentuk egosentrisme, yaitu:
a. Egosentrisme dalam stadium sensomotorik ( 0-18 bulan)
Stadium ini ditandai kenyataan bahwa anak hampir tak mampu mengadakan diferensiasi antara diri sendiri dan dunia luar.
b. Egosentrisme dalam stadium praoperasional ( + 18 bulan sampai + tahun ke-6)
Fase ini ditandai dengan kemampuan anak untuk bekerja dengan tanggapan ia juga sudah memiliki pengertian objek.
c. Egosentrisme dalam stadium operasional konkret ( + 6 s/d + 11 tahun)
Anak belum mampu untuk membedakan antara hasil cipta mentalnya sendiri dengan hal-hal yang nyata.
d. Egosentrisme pada remaja
Menurut Elkind, dalam hal ini remaja tidak membedakan antara hal atau situasi yang dipikirkannya dengan yang dipikirkan orang lain Ia selalu memikirkan akan bagaimana pendapat orang lain terhadap dirinya, bahwa dirinya akan menjadi pusat perhatian.
e. Egosentrisme pada orang dewasa
Di sini sukar untuk menentukan umur yang tepat karena sampai sekarang tidak ada penelitian tentang hal itu.
f. Egosentrisme pada orang tua
Ada 3 aspek yang mempunyai hubungan langsung dengan egosentrisme.
1) Regresi kognitif menunjuk pada kemajuan yang berkurang dalam hal kognitif
2) Proses pelepasan tingkah laku lekat
3) Sikap yang fleksibel juga berkurang
3. Tingkah laku ambil alih peran
Ambil alih peran merupakan proses sosial dan proses kognitif yang menunjukkan bahwa seseorang dapat menempatkan diri pada motif-motif, perasaan, pikiran dan tingkah laku orang lain. Yang penting di sini adalah untuk memahami berbagai proses internal pada orang lain. Perlu bagi anak untuk menyesuaikan tingkah laku dengan keadaan orang lain (desentrasi sosial).
Tiga macam bentuk ambil alih peran:
a. Ambil alih peran persepsual
Hal ini merupakan kemampuan untuk meramalkan apa yang dilihat orang lain mengenai objek yang sama dilihat dari pandangan perspektif yang berbeda.
b. Ambil alih peran konseptual
Hal ini menunjukkan pada kecakapan untuk menempatkan diri dalam pembentukan pengertian atau dalam formasi konsep orang lain.
c. Ambil alih peran emosional-motivasional
Hal ini menunjuk pada kecakapan untuk ikut merasakan secara konkret alam perasaan dan motif-motif yang lain.
E. Perkembangan Bahasa
Bahasa merupakan tanda atau simbol-simbol dari benda-benda serta menunjuk pada maksud-maksud tertentu. Dengan di dalam komunikasi dengan orang dewasa, bahasa anak itu muncul dan bisa berkembang. Tangis bayi dan anak juga merupakan bentuk bahasa, yaitu bahasa yang pertama-tama dipakai untuk menyampaikan isi kandungan batiniahnya. Dengan berkembangnya usia anak, bahasanya makin berkembang pula. Antara lain dengan menggunakan anomatopee, yaitu memberikan nama pada benda-benda dengan menyebutkan bunyinya. Misalnya, anak memberikan nama “tut-tut” pada kereta api.
Hasil berbagai penyelidikan menunjukkan bahwa perkembangan bahasa anak yang sesuai dengan norma tata bahasa, belum bisa selesai pada usia 12-18 tahun. Dalam proses belajar menguasai bahasa,terdapat periode-periode stagnasi, di mana anak dihadapkan pada banyak kesulitan dalam penguasaan bahasanya, dan kemajuan anak berlangsung sangat lambat sekali. Periode ini kemudian diselingi dengan periode perkembangan yang sangat cepat.
Suami istri Clara dan William Stern membagi perkembangan bahasa anak yang normal dalam beberapa periode:
1. Prastadium. Pada tahun pertama: meraba, menirukan bunyi-bunyi. Mula-mula menguasai huruf hidup, kemudian huruf mati,terutama huruf bibir. Lalu berlangsung proses reduplikasi/pengulangan suku kata seperti: ma-ma, pa-pa.
2. Masa pertama ( + 12-18 bulan) / stadium kalimat satu kata. Satu perkataan dimaksudkan untuk mengungkapkan satu perasaan atau satu keinginan.
3. Masa kedua ( + 18-24 bulan) / stadium nama. Pada saat ini timbul kesadaran bahwa setiap benda mempunyai nama. Anak mau menghafal secara terus menerus kata yang baru dan anak selalu mengajukan pertanyaan sebanyak-banyaknya.
4. Masa ketiga ( + 24-30 bulan) / stadium flexi. Lambat laun anak mulai menggunakan kata-kata kerja yang ditasrifkan, yaitu kata-kata yang sudah diubah dengan menambahkan awalan, akhiran dan sisipan. Kemudian kata-kata seru, kalimat tanya, dan kalimat penjelasan.
5. Masa keempat (30 bulan ke atas) / stadium anak kalimat. Anak mulai merangkaikan pokok kalimat yang merupakan pokok pemikiran anak dengan penjelasannya, berupa anak kalimat.
Pada periode belajar bahasa tersebut, sering kali anak mengalami periode gagap. Gagap atau berkata tertahan-tahan biasanya disebabkan oleh karena anak terburu-buru sekali dalam menyatakan perasaan dan fikirannya, namun penguasaan bahasanya masih sangat kurang. Jadi, perkembangan mentalnya lebih cepat dari pada penguasaan bahasanya. Gagap ini apabila tidak mengalami pengaruh-pengaruh yang buruk (misalnya diolok-olok, ditertawai, dihina, ditakut-takuti/diancam), akan hilang dengan sendirinya.
F. Keterampilan Pada Awal Masa Kanak-kanak
Awal masa kanak-kanak dapat dianggap sebagai “saat belajar” untuk belajar keterampilan. Apabila anak-anak tidak diberi kesempatan mempelajari keterampilan tertentu, maka mereka tidak saja akan kurang memiliki dasar keterampilan yang telah dipelajari oleh teman-teman sebayanya, tetapi juga akan kurang memiliki motivasi untuk mempelajari berbagai keterampilan pada saat diberi kesempatan.
Keterampilan yang dipelajari anak muda belia bergantung sebagian pada resapan kematangan terutama kesempatan yang diberikan untuk mempelajari dan bimbingan yang diperoleh dalam menguasai keterampilan ini secara cepat dan efisien. Meskipun terdapat sejumlah perbedaan, setiap anak umumnya belajar keterampilan umum tertentu, meskipun cara mempelajarinya agak berbeda dan kecakapan dalam mempelajarinya juga berbeda. Keterampilan ini dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu:
1. Keterampilan tangan
Keterampilan dalam makan dan berpakaian sendiri yang dimulai pada masa bayi disempurnakan dalam awal masa kanak-kanak. Kemajuan terbesar dalam keterampilan berpakaian umumnya antara usia 1,5 dan 3,5 tahun. Menyisir rambut dan mandi merupakan keterampilan yang mudah dilakukan dalam peiode ini. Pada saat anak mencapai usia taman kanak-kanak, mereka harus sudah dapat mandi dan berpakaian sendiri, mengikat tali sepatu dan mengikat rambut sendiri dengan sedikit bantuan atau tanpa bantuan sama sekali.
2. Keterampilan kaki
sekali anak dapat berjalan, ia mengalihkan perhatian untuk mempelajari gerakan-gerakan yang menggunakan kaki. Pada usia lima atau enam tahun ia belajar melompat dan berlari cepat. Mereka juga sudah dapat memanjat. Antara usia tiga dan empat, naik sepeda roda tiga dan berenang dapat dipelajari. Keterampilan kaki lain yang dikuasai anak adalah lompat tali, keseimbangan tubuh dalam berjalan di atas dinding atau pagar, sepatu roda, bermain sepatu es, dan menari.
G. Anak dan Keluarga
Sekalipun anak-anak sudah mulai bermain dengan anak-anak lain di luar rumah, keluarga tetap merupakan pengaruh sosialisasi yang terpenting. Tidak hanya lebih banyak kontak dengan anggota-anggota keluarga dari pada dengan orang-orang lain, tetapi hubungan itu lebih erat, lebih hangat, dan lebih bernada emosional. Hubungan keluarga yang erat ini pengaruhnya lebih besar dari pada pengaruh sosial lainnya. Namun demikian, hal tersebut bergantung pada hubungan individualnya dengan anak.
Penelitian menunjukkan bahwa anak yang dibesarkan dalam suasana rumah yang demokratis, umumnya mempunyai penyesuaian diri yang lebih baik dengan orang-orang di luar rumah dari pada anak-anak dari suasana rumah yang lembut atau otoriter.
1. Hubungan orang tua anak
Perubahan-perubahan dalam hubungan orang tua anak yang dimulai sejak tahun kedua masa bayi berlangsung terus selama awal masa anak-anak dan biasanya dalam tingkat yang lebih cepat.
Karena anak lebih tergantung pada orang tua dalam hal perasaan aman dan kebahagiaan, maka hubungan yang buruk dengan orang tua akan berakibat sangat buruk. Apalagi kalau hubungan dengan ibu, karena kepada ibulah sebagian anak bergantung.
2. Hubungan dengan saudara
Hubungan yang menyenangkan antara bayi dan saudara-saudaranya berkurang pada tahun kehidupan kedua dan pada saat bayi menjadi anak-anak, hubungan ini sering kali mengalami pergeseran. Adanya pergeseran hubungan ini tidak saja merusak suasana rumah tetapi juga mengganggu konsep diri anak, apalagi kalau apa yang dicapai dikritik dan dicemoohkan oleh kakak-kakaknya.
Tidak semua hubungan saudara bersifat bertentangan dan kalaupun terjadi pergesekan hanyalah sesekali saja. Hubungan dengan saudara seringkali merupakan faktor pembantu yang penting dalam perkembangan pribadi dan sosial anak.
3. Hubungan dengan sanak keluarga
Ada dua kondisi dalam hubungan dengan sanak keluarga sehingga dapat mempengaruhi penyesuaian pribadi dan sosial anak. Pertama, frekuensi hubungan. Kalau keluarga tinggal di masyarakat yang berbeda atau di kota/negara yang berlainan maka hubungan antara anak dengan sanak saudara akan jarang. Kedua, peran sanak saudara dalam kehidupan anak. Peran saudara sepupu adalah sebagai teman bermain, sedangkan nenek berperan sebagai pengasuh atau pengganti ibu.
H. Minat Pada Awal Masa Kanak-kanak
Ada beberapa minat yang berlaku umum di antara anak-anak. Minat-minat ini antara lain:
1. Minat pada agama
Keyakinan agama sebagian besar tidak berarti bagi anak-anak meskipun mereka menunjukkan minat dalam ibadah agama. Tetapi karena banyaknya masalah yang kepada anak-anak dijelaskan dalam rangka agama seperti kelahiran, kematian, pertumbuhan dan unsur-unsurnya, maka keinginan tahu tentang masalah-masalah agama menjadi besar dan mereka mengajukan banyak pertanyaan. Anak-anak menerima jawaban terhadap pertanyaan mereka tanpa ragu-ragu, sebagaimana sering dilakukan oleh anak yang lebih besar atau remaja. Konsep anak-anak mengenai agama adalah realistic, dalam arti anak menafsirkan apa yang didengar dan dilihat sesuai dengan apa yang sudah diketahui.
2. Minat Pada Tubuh Manusia
Minat timbul terlebih dahulu pada anggota bagian luar tubuh dari pada bagian dalam tubuh. Tetapi sebelum periode ini berakhir, kebanyakan anak menunjukkan minat besar pada bagian dalam tubuhnya dan ingin mengetahui letak dan fungsi hati, paru-paru, otak, dan sebagainya.
Kalau anak sudah mengenal perbedaan anatomis antara anak laki-laki dan anak perempuan, ia ingin mengerti apa arti perbedaan ini dan apa penyebabnya. Anak ingin tahu tentang kuman, bagaimana kuman dapat menyebabkan orang sakit dan bagaimana obat dapat mengeluarkan kuman dari tubuh dan membuat orang sehat kembali. Apabila ada orang meninggal, anak ingin mengetahui tentang tubuh orang tersebut dan bagaimana dapat masuk surga.
Anak-anak menyatakan minatnya pada tubuh dengan memberikan komentar tentang berbagai bagian tubuh dan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan. kalau ini belum memuaskan ia memeriksa bagian tubuhnya dan tubuh teman-temannya.
3. Minat pada diri sendiri
Setelah masa bayi yang tidak berdaya dilampaui, tidak mengherankan kalau kebanyakan anak masih terus mempertahankan minat terhadap diri sendiri . Egosentrisme awal masa kanak-kanak sangat jelas pada tahun pertama dan tahun kedua sebelum anak mulai bermain dengan anak-anak lain yaitu masa bermain sejajar. Sesudah anak mulai bermain dengan teman-teman sebaya, minat terhadap diri sendiri berangsur-angsur berkurang dengan meningkatnya minat terhadap teman-teman dan aktivitasnya.
4. Minat pada seks
Banyak anak memperlihatkan minat mereka terhadap seks dengan membicarakannya dengan teman bermain kalau tidak ada orang dewasa, dengan melihat gambar-gambar pria dan wanita dewasa dalam pose yang merangsang.
Titik puncak dari diferensiasi seksual (kesadaran akan perbedaan seksual) di antara anak laki-laki dan perempuan terjadi pada masa “phallis” pada usia kurang lebih + 3,5 tahun (phallus = organ kelaki-lakian; phalis = penghormatan terhadap daya pembiakan yang kodrati). Pada fase ini kesadaran akan perbedaan anatomis – yaitu perbedaan alat kelamin antara anak laki-laki dan perempuan akan memberi arti yang sangat besar sekali pada anak. Pada fase ini anak laki-laki sangat meminati organ kelaki lakiannya. Ia sangat bangga akan milik satu-satunya yang khas ini. Ia sering membandingkan alat kelaminnya dengan anak lain; atau membandingkan dengan organ kelamin anak perempuan. Namun tidak jarang ia merasa cemas kalau-kalau alat kelaminnya akan “hilang” atau “berubah”. Juga anak anak perempuan pada saat ini meminati organ kewanitaannya. Namun disamping minat tersebut, kadang kadang timbul pula rasa iri hati, yang disebut iri-zakar atau penis envy.
5. Minat pada pakaian
anak-anak tidak banyak berminat menarik penampilannya, apakah ia bersih atau kotor, rapi atau tidak, tetapi ia mempunyai minat yang besar dalam berpakaian. Ini disebabkan dalam usia yang lebih muda, anak menemukan bahwa pakaiannya menarik perhatian. Orang dewasa memberikan komentar yang baik dan teman-teman bermain sering kagum atau iri hati terhadap pakaiannya.
I. Arti Bermain Bagi Anak
Permainan adalah kesibukan yang dipilih sendiri oleh tujuan. Umpamanya saja, jika anak bayi berusaha menyentak-nyentakkan tangan dan kakinya dengan tidak henti-hentinya, meremas-remas jari-jari, dan lain lain. Kegiatan bermain bayi-bayi dan anak-anak kecil itu lebih tepat jika disebutkan sebagai usaha mencoba-coba dan melatih diri.
Sekalipun kita menyangka anak itu hanya bermain-main dengan rasa acuh tak acuh saja, namun pada hakekatnya kegiatan tadi disertai intensitas kesadaran, minat penuh, dan usaha yang keras. Gerak gerak permainan anak itu disebabkan oleh :
1) Kelebihan tenaga yang terdapat pada dirinya, dan
2) Dorongan belajar guna melatih semua fungsi jasmani dan rohani.
Walaupun permainan itu tampaknya tidak bertujuan, namun ia memegang peranan yang sangat penting dalam latihan pendahuluan terutama untuk penggeladian semua fungsi fungsi rohani dan jasmani. Ada beberapa teori yang menjelaskan arti serta nilai permainan. Yaitu sebagai berikut :
1. Teori rekreasi
dikembangkan oleh Schaller dan Lazarus, dua orang sarjana jerman di antara tahun 1841 dan 1884. Mereka menyatakan permainan itu sebagai kesibukan rekreatif , sebagai lawan dari KERJA dan keseriusan hidup.
2. Teori pemunggahan (ontladingstheorie).
Menurut sarjana inggris Herbert Spencer, permainan itu disebabkan oleh mengalir-keluarnya energi, yaitu tenaga yang belum dipakai dan menumpuk pada diri anak itu menuntut dimanfaatkan atau dipekerjakan. Sehubungan dengan itu energi tersebut “mencair” atau “memunggah” dalam bentuk permainan. Teori ini disebut pula sebagai teori “kelebihan tenaga” (krachtoverschot-theorie). Maka permainan merupakan katup pengaman bagi energi vital yang berlebih-lebihan.
3. Teori atavistis
Sarjana Amerika Stanley Hall dengan pandangannya yang biogenetis, menyatakan bahwa selama perkembangannya, anak akan mengalami semua fase kemanusiaan. Permainan itu merupakan penampilan dari semua faktor hereditas (waris, sifat keturunan), yaitu segala pengalaman jenis manusia sepanjang sejarah akan diwariskan kepada anak keturunannya. Mulai dari pengalaman hidup dalam gua-gua, berburu, menangkap ikan, berperang, bertani, membangun rumah, dan seterusnya. Semua pengalaman ini dihayati oleh anak dalam bentuk permainan-permainannya.
4. Teori biologis
Karl Groos, sarjana Jerman menyatakan bahwa permainan itu mempunyai tugas biologis, yaitu melatih macam-macam fungsi jasmani dan rokhani. Waktu-waktu bermain merupakan kesempatan baik bagi anak untuk melakukan penyesuaian diri terhadap lingkungan hidup dan terhadap hidup itu sendiri.
5. Teori psikologi dalam
Menurut teori ini, permainan merupakan penampilan dorongan-dorongan yang tidak disadari pada anak-anak dan orang dewasa. Ada dua dorongan yang paling penting pada diri manusia. Menurut Adler ialah dorongan berkuasa; dan menurut Freud ialah dorongan seksual atau libido sexualis. Adler berpendapat bahwa permainan memberikan pemuasan terhadap perasaan-perasaan diri lebih. Dalam permainan tadi juga bisa disalurkan perasaan-perasaan yang lemah dan rendah hati. Sedangkan menurut Freud, perasaan-perasaan dan dorongan- dorongan seksual infantil, yang didesakkan ke dalam ketidaksadaran atau didorong di alam bawah sadar itu menemukan pemuasan simbolis dalam bentuk macam-macam permainan.
Dalam situasi bermain ada 2 faktor penting, yaitu fantasi dan kebebasan. Sekalipun terdapat aturan-aturan bermain yang harus dipatuhi, namun dalam setiap permainan pasti tedapat dimensi kebebasan dan kemungkinan-kemungkinan baru.
6. Teori fenomenologis
Profesor Kohnstamm, seorang sarjana Belanda yang mengembangkan teori fenomenologis dalam pedagogik teoretisnya, menyatakan bahwa permainan merupakan satu fenomena/ gejala yang nyata, yang mengandung unsur suasana permainan (spelsfeer). Dorongan bermain merupakan dorongan untuk menghayati suasana bermain itu, yakni tidak khusus bertujuan untuk mencapai prestasi-prestasi tertentu, akan tetapi anak bermain untuk permainan itu sendiri. Jadi, tujuan permainan ialah permainan itu sendiri.
Dalam suasana permainan itu terdapat faktor : kebebasan, harapan, kegembiraan, unsur ikhtiar, dan siasat untuk mengatasi hambatan serta perlawanan.
J. Bahaya Pada Awal Masa Kanak-kanak
Seperti halnya bahaya pada masa bayi, bahaya pada masa kanak-kanak dapat bersifat fisik, psikologis, atau keduanya. Gizi yang kurang baik misalnya, dapat menghalangi pertumbuhan fisik dan mental seperti halnya pertengkaran keluarga dapat mengabaikan tekanan yang juga dapat menghambat pertumbuhan. Bahaya psikologis pada awal masa kanak-kanak lebih banyak dari pada bahaya fisik dan lebih merusak penyesuaian pribadi serta penyesuaian sosial anak.
1. Bahaya Fisik
Bahaya fisik awal masa kanak-kanak menimbulkan reaksi psikologis maupun fisik, terutama penyakit kecelakaan.
a. Kematian
Kematian mulai menurun pesat dalam bagian akhir masa bayi dan semakin pesat lagi selama awal masa kanak-kanak. Kematian dalam awal masa kanak-kanak lebih sering disebabkan karena kecelakaan dari pada karena penyakit dan anak laki-laki lebih banyak mengalami kecelakaan dari pada anak perempuan, maka kematian anak laki-laki lebih sering dari pada anak perempuan.
b. Penyakit
Anak-anak mudah terkena semua jenis penyakit, tetapi yang paling umum adalah penyakit pernapasan. Sebagian besar penyakit disebabkan karena sebab psikologis, tetapi ada juga yang penyebab dan akibatnya dari ketegangan keluarga.
c. Kecelakaan
Kebanyakan anak mengalami luka iris, memar, radang, terbakar, patah tulang, otot kaku atau gangguan-gangguan ringan lain sebagai akibat kecelakaan.
2. Bahaya Psikologis
Bahaya yang dapat menyebabkan minat buruk pada penyesuaian pribadi yaitu bahaya psikologis. Berikut ini sejumlah bahaya yang perlu diperhatikan:
a. Bahaya dalam berbicara
Bicara merupakan sarana komunikasi dan karena komunikasi penting bagi kehidupan sosial, maka anak-anak yang tidak dapat berkomunikasi dengan orang lain akan mengalami hambatan sosial dan akhirnya dalam dirinya timbul perasaan tidak mampu dan rendah diri.
b. Bahaya emosiaonal
Bahaya emosional awal masa kanak-kanak yang besar kelihatan pada dominasi emosi yang kurang baik, terutama amarah. Kalau anak mengalami terlalu banyak emosi yang kurang baik dan hanya sedikit mengalami emosi-emosi yang menyenangkan maka hal ini akan mengganggu pandangan hidup dan mendorong perkembangan watak yang kurang baik. Di samping itu, anak cepat mendapatkan ekspresi wajah yang membuat kelihatan masam, cemberut atau tidak senang, suatu kondisi yang mengurangi daya tarik.
c. Bahaya dalam hubungan keluarga
Kemerosotan dalam tiap hubungan manusiawi berbahaya bagi penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial yang baik terutama hubungan anak dengan orang tuanya, yaitu orang yang sangat berarti dan penting dalam kehidupan anak.
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Perkembangan-perkembangan yang dilalui pada masa balita yaitu perkembangan sesudah tahun pertama, perkembangan fisik dan psikomotor, perkembangan kepribadian dan perkembangan sosial, perkembangan bahasa, serta perkembangan mempelajari keterampilan tertentu.
Perkembangan balita dipengaruhi oleh hubungan keluarga, minat anak, kebiasaan anak, serta fungsi bermain anak.
Bahaya pada awal masa kanak-kanak meliputi bahaya fisik (kematian, penyakit, dan kecelakaan) serta bahaya psikologis (bahaya dalam berbicara, bahaya dalam emosional, dan bahaya dalam hubungan keluarga).
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa Calon Guru
Semoga makalah ini bisa berguna untuk rekan-rekan mahasiswa khususnya mahasiswa calon guru, diharapkan bisa lebih mempelajari dan memahami tentang perkembangan, pengaruh, serta bahaya bagi anak, termasuk balita.
2. Bagi Guru
Semoga makalah ini bisa menjadi pertimbangan bagi guru dalam memberikan materi kepada siswanya, diharapkan bisa memahami dan menyampaikan materi tentang perkembangan anak, termasuk balita.
3. Bagi Lembaga Sekolah
Semoga dapat mendidik dan menciptakan tenaga kependidikan yang sesuai dengan cita-cita bangsa dan berlandaskan ajaran agama Islam. Oleh karena itu, lembaga sekolah perlu mengadakan sosialisasi mengenai perkembangan anak, termasuk perkembangan balita.
untuk powerpoint download disini
0 komentar:
Post a Comment